LONDON – Presiden Prancis Emmanuel Macron membuat pernyataan tegas saat berbicara di Parlemen Inggris, mendesak pengakuan negara Palestina sebagai langkah penting menuju perdamaian di Timur Tengah. Dalam pidatonya yang dikutip Independent, Macron menegaskan bahwa solusi dua negara bukan hanya pilihan, melainkan kebutuhan mendesak untuk stabilitas regional.
“Kami menyadari bahwa jalan keluar politik sangat penting, dan saya percaya pada masa depan solusi dua negara sebagai dasar bagi arsitektur keamanan regional yang akan memungkinkan Israel untuk hidup dalam damai dan aman bersama negara-negara tetangganya,” ujar Macron. Ia menambahkan, “Hari ini, bekerja sama untuk mengakui negara Palestina dan memulai momentum politik ini adalah satu-satunya jalan menuju perdamaian.”
Pernyataan Macron ini disampaikan di tengah meningkatnya tekanan internasional terhadap Israel, terutama setelah serangkaian operasi militer di Gaza dan Tepi Barat yang menewaskan ribuan warga sipil. Presiden Prancis itu juga menekankan bahwa gencatan senjata harus segera diwujudkan tanpa syarat. “Menyerukan gencatan senjata di Gaza hari ini tanpa syarat apa pun, sama saja dengan memberi tahu dunia bahwa bagi kami, sebagai orang Eropa, tidak ada standar ganda,” tegasnya.
Respons Inggris terhadap seruan Macron terlihat lebih hati-hati. Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy mengakui bahwa pengakuan Palestina sedang dibahas, tetapi menolak memberikan batas waktu pasti. “Saya tidak akan menetapkan batas waktu yang pasti, karena saya telah menjelaskan bahwa ini adalah situasi yang terus berkembang,” kata Lammy. Ia menambahkan bahwa negosiasi gencatan senjata masih berlangsung rumit, dan Inggris ingin melihat perubahan nyata di lapangan, terutama terkait ekspansi Israel di Tepi Barat.
“Bahwa terlepas dari adanya gerakan pengakuan, sebenarnya yang kami saksikan adalah aneksasi lebih lanjut di Tepi Barat dan hal itu tidak membuat kami semakin dekat dengan suatu proses, melainkan justru mengarah pada aneksasi lebih lanjut,” ujar Lammy.
Dukungan Macron ini bisa menjadi momentum penting bagi Palestina, yang selama puluhan tahun berjuang untuk diakui sebagai negara berdaulat. Namun, tantangan tetap besar. Israel dan sekutunya, termasuk Amerika Serikat, masih menentang pengakuan sepihak terhadap Palestina tanpa kesepakatan damai terlebih dahulu.
Di sisi lain, tekanan dari negara-negara Eropa seperti Prancis dan Inggris mungkin bisa memengaruhi dinamika politik global terkait konflik ini. Jika langkah ini diikuti oleh lebih banyak negara, bukan tidak mungkin peta politik Timur Tengah akan mengalami perubahan signifikan. Namun, tanpa tindakan konkret dan komitmen kuat dari semua pihak, seruan Macron mungkin hanya akan menjadi retorika belaka di tengah konflik yang terus berkepanjangan.[]
Admin05
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan