BALI — Kasus kematian tragis mahasiswa Universitas Udayana (Unud) berinisial TAS (21) kini memasuki babak baru setelah keluarga korban melapor resmi ke Polresta Denpasar. Tekanan publik dan derasnya spekulasi di media sosial memaksa aparat untuk turun tangan, meski langkah itu seolah datang terlambat.
Kasi Humas Polresta Denpasar, Kompol I Ketut Sukadi, mengatakan pada Senin (20/10/2025) bahwa laporan dari orang tua korban menjadi dasar dimulainya penyelidikan. “Orang tua korban melakukan Dumas ke Polresta untuk memastikan penyebab jatuhnya korban karena di medsos banyak informasi yang beragam,” ujarnya kepada wartawan.
Namun, kejanggalan masih membayangi. Polisi baru aktif bergerak setelah desakan publik meningkat, sementara sejumlah informasi awal justru lebih dulu menyebar tanpa klarifikasi resmi. Penelusuran media sosial yang liar tampak lebih cepat daripada respons institusi penegak hukum dan pihak kampus.
Sukadi menambahkan, penyidik telah memeriksa sejumlah saksi untuk menelusuri kronologi peristiwa tersebut. “Polisi telah melakukan penyelidikan dengan memeriksa beberapa saksi,” katanya tanpa merinci hasil awal pemeriksaan.
Fakta baru terungkap: TAS diketahui melompat dari lantai empat, bukan lantai dua sebagaimana kabar pertama yang beredar. Insiden itu terjadi di depan gedung FISIP Unud, Jalan Sudirman, Denpasar, pada Rabu (15/10/2025). Saksi kunci, mahasiswa berinisial NKGA, memberi keterangan bahwa saat kejadian ia sedang menunggu dosen di lantai empat bersama temannya.
“Rabu, 15 Oktober 2025, pukul 08.30 Wita pada saat saksi kuliah dan sedang menunggu dosen, saksi bersama temannya inisial D duduk di teras depan kelas, lantai empat kampus diskusi tentang mata kuliah,” ungkap Sukadi, Kamis (16/10/2025) malam.
Menurut saksi, TAS terlihat panik dan gelisah sebelum akhirnya melompat. “Kurang lebih 15 menit kemudian datang korban dari arah pintu lift, dengan posisi menggendong tas ransel dan memakai baju putih. Terlihat seperti orang panik dan seperti melihat-lihat situasi sekitar kampus,” lanjutnya.
Meski TAS sempat duduk sebentar di kursi panjang sisi barat kelas, tak ada yang menduga ia tengah memendam tekanan mental berat. Beberapa menit kemudian, ia terjun dari ketinggian empat lantai di hadapan mahasiswa lain.
Korban segera dievakuasi ke RSUP Prof. Ngoerah Denpasar dan sempat sadar di IGD. Namun, kondisi pendarahan yang parah menyebabkan nyawanya tak tertolong.
Kasus ini menambah daftar panjang persoalan kesehatan mental di lingkungan kampus yang kerap diabaikan hingga berujung tragedi. Pemeriksaan polisi diharapkan tak hanya mengungkap sebab kematian, tetapi juga menyoroti tanggung jawab lembaga pendidikan dalam mencegah kasus serupa. Sebab, reaksi cepat baru muncul setelah publik menekan dan isu menyebar luas di dunia maya—bukan dari sistem pengawasan kampus itu sendiri. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan