Mahulu Ungguli Kabupaten Lain Sebagai Pengguna QRIS Terbesar di Kaltim

MAHAKAM ULU – Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu) mencatatkan jumlah transaksi Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) tertinggi se-Kalimantan Timur (Kaltim), berdasarkan data dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Kaltim. Meskipun Mahulu memiliki jumlah penduduk yang relatif kecil, yakni sekitar 39.319 jiwa pada 2024, namun penggunaan QRIS di wilayah ini mengalami lonjakan signifikan.

Pada tahun 2023, transaksi QRIS di Mahulu tercatat mencapai Rp2,51 miliar. Namun, angka tersebut melonjak drastis pada 2024 dengan total transaksi mencapai Rp14,8 miliar, yang mencerminkan kenaikan sebesar 589 persen. “Penggunaan QRIS di Mahulu mengalami peningkatan yang sangat pesat. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan QRIS mulai masif di daerah yang berbatasan langsung dengan Malaysia bagian Timur ini,” ujar Budi Widihartanto, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Kaltim, dalam keterangannya, Jumat (07/03/2025).

Secara keseluruhan, transaksi non-tunai di Mahulu pada tahun 2024 tercatat mencapai Rp14,9 miliar, yang terdiri dari Rp14,8 miliar transaksi menggunakan QRIS dan Rp100 juta melalui uang elektronik (UE). Sementara itu, transaksi dengan alat pembayaran menggunakan kartu (APMK) di Mahulu tercatat sebesar Rp94 miliar, mengalami penurunan 36 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Budi Widihartanto menjelaskan bahwa meskipun Mahulu memimpin dalam hal penggunaan QRIS, jumlah nominal transaksi di kabupaten ini terbilang lebih kecil dibandingkan beberapa kabupaten/kota lain di Kaltim, mengingat populasi Mahulu yang lebih sedikit. “Meskipun jumlah nominal transaksi QRIS di Mahulu lebih kecil, persentase penggunaannya lebih tinggi dibandingkan kabupaten/kota lain di Kaltim,” ungkapnya.

Di wilayah kerja KPw BI Kaltim yang meliputi tujuh kabupaten/kota, termasuk Mahulu, transaksi QRIS juga mengalami peningkatan signifikan. Salah satunya di Kota Samarinda, yang mencatatkan kenaikan 326 persen pada 2024, dengan total transaksi sebesar Rp3,8 triliun. Di Samarinda, transaksi menggunakan uang elektronik tercatat sebesar Rp21,2 miliar, sedangkan transaksi dengan APMK mencapai Rp3,7 triliun.

Peningkatan pesat penggunaan QRIS di Mahulu dan daerah lain di Kaltim tidak lepas dari berbagai upaya yang dilakukan oleh Bank Indonesia, termasuk melalui sosialisasi intensif di sekolah-sekolah, pasar, serta berbagai acara yang digelar untuk mendekatkan masyarakat dengan transaksi non-tunai. Selain itu, kolaborasi dengan pemerintah daerah baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota juga berperan penting dalam memperluas penggunaan QRIS di masyarakat.

“Perluasan QRIS terus kami lakukan, termasuk bekerja sama dengan pemerintah daerah, mengadakan festival seperti Summer Fest Kalimantan Timur, serta edukasi langsung kepada masyarakat. Kami berharap ini akan semakin meningkatkan pemahaman dan penggunaan transaksi digital di seluruh Kaltim,” tambah Budi.

Melalui berbagai langkah tersebut, Bank Indonesia berharap transaksi non-tunai, termasuk penggunaan QRIS, dapat semakin diterima oleh masyarakat, mempercepat digitalisasi ekonomi, serta mempermudah akses pembayaran di berbagai sektor. []

Redaksi03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com