Main Gembok, Jari Siswi Nyangkut

KOTAWARINGIN TIMUR – Kejadian tak biasa di SMP Negeri 4 Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, menjadi sorotan bukan karena prestasi akademik, melainkan akibat kelalaian yang berujung panggilan darurat. Seorang siswi bernama Windi harus dievakuasi petugas pemadam kebakaran setelah jarinya tersangkut di pengait gembok pintu sekolah.

Insiden ini terjadi pada Jumat (31/10/2025) sekitar pukul 10.30 WIB di Jalan Ir H Juanda, Kelurahan Ketapang, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang. Bukannya belajar, Windi malah menjadi pusat perhatian teman-teman sekolahnya setelah jari manisnya tak bisa dilepaskan dari lubang pengait gembok yang ia mainkan.

Guru bernama Indra Jaya melaporkan kejadian itu ke Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Disdamkarmat) Kotim. Menurut laporan, jari Windi terjepit cukup dalam sehingga upaya manual tak membuahkan hasil. Dugaan sementara, siswi tersebut tanpa sengaja memasukkan jarinya ke pengait gembok saat bermain di sekitar pintu.

Tujuh personel dari Peleton III Disdamkarmat Kotim diterjunkan menggunakan mobil rescue Hilux merah KH 8152 FW di bawah komando Kepala Regu Muhammad Marjuki. “Kami menerima laporan pukul 10.39 WIB dan langsung berangkat ke lokasi. Saat tiba, korban masih sadar, hanya terlihat tegang. Kami segera lakukan tindakan agar jarinya bisa cepat dilepas,” ujar Marjuki, Sabtu (1/11/2025).

Dengan alat mini die grinder, petugas memotong pengait gembok secara hati-hati agar tidak melukai jari korban. Sekitar pukul 12.00 WIB, operasi penyelamatan selesai tanpa luka serius. Windi hanya mengalami sedikit lecet dan langsung mendapat pertolongan ringan di lokasi.

Namun, insiden sederhana ini memunculkan pertanyaan serius soal pengawasan di sekolah. Bagaimana mungkin seorang siswa bisa bermain di area yang jelas berisiko tanpa pantauan? Sekolah semestinya memiliki standar keamanan yang ketat, apalagi di lingkungan pendidikan yang seharusnya mengajarkan kedisiplinan dan tanggung jawab.

Kejadian seperti ini mestinya menjadi peringatan bagi pihak sekolah untuk memperketat pengawasan terhadap siswa, terutama di area yang mengandung potensi bahaya. Pengait gembok, pagar besi, hingga peralatan sekolah lain bukan mainan, dan sudah sepatutnya diberi tanda peringatan agar tidak disalahgunakan.

Marjuki menyebut, seluruh proses berjalan lancar berkat kerja sama petugas dan pihak sekolah. “Semua berjalan dengan baik dan aman. Kami bersyukur tindakan cepat petugas membuat situasi terkendali,” ujarnya.

Walau berakhir tanpa korban luka serius, insiden ini menyiratkan lemahnya kontrol lingkungan belajar. Bukan hanya soal ketidaksengajaan seorang siswi, tapi juga tentang kesiapan sekolah dalam menanamkan budaya aman dan tanggap terhadap risiko di lingkungan pendidikan. []

Admin03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com