Makan Bekerobok Warnai Akhir Festival Gemeoh di Melak

KUTAI BARAT – Momentum kebudayaan kembali menjadi pusat perhatian warga Melak pada Senin (17/11/2025) pagi ketika ratusan orang memadati kawasan Tambak Malang untuk mengikuti rangkaian penutupan Festival Melayu Gemeoh ke-224. Tradisi makan bekerobok makan bersama dalam satu waktu serta becolet pupur basah menjadi tanda berakhirnya festival tahunan yang telah berlangsung sejak 11 November lalu. Warga datang sejak pagi untuk meramaikan acara sekaligus menikmati hidangan yang disuguhkan panitia.

Suasana penuh keakraban terlihat saat masyarakat duduk berjejer sambil menyantap makanan secara serempak. Tradisi ini diyakini menjadi simbol penting yang mengikat masyarakat Melak, terutama setelah mereka terlebih dahulu melaksanakan gotong royong sebagai bagian dari persiapan acara. Kebersamaan itu pula yang menjadi esensi utama perayaan Gemeoh, yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Camat Melak, Asrin Surianto, menuturkan bahwa tradisi makan bekerobok dan pupur basah telah lama menjadi identitas budaya Melayu di wilayah tersebut. Ia menegaskan bahwa kebiasaan tersebut bukan sekadar ritual penutup, tetapi juga bentuk penghormatan kepada seluruh warga yang turut berpartisipasi pada rangkaian kegiatan sebelumnya.

“Dalam adat kami, orang tidak boleh pulang sebelum diberi makan. Setelah gotong royong beberapa hari, tibalah saatnya makan bekerobok bersama dan melakukan pupur basah. Ini wujud kebersamaan masyarakat Melak,” kata Asrin kepada Korankaltim.com.

Penutupan festival secara resmi dilakukan oleh Wakil Bupati Kutai Barat, Nanang Adriani. Ia menilai tingginya partisipasi warga menjadi bukti bahwa Festival Gemeoh telah berkembang menjadi ruang interaksi lintas budaya. “Ini pesta rakyat yang memperkuat silaturahmi sekaligus mendorong ekonomi warga melalui UMKM, kuliner dan seni budaya,” sebut Nanang.

Selama sepekan, festival ini menyajikan aneka kegiatan budaya hingga olahraga, mulai dari Tari Jepen, lomba lari Run 5K, Begasing, Menyumpit, Bulutangkis, Ketinting, hingga Kirab Budaya, Jalan Santai, dan Senam Sehat. Meski acara resmi telah berakhir, panitia masih menyiapkan dua kegiatan tambahan, yakni Lomba Ketinting dan Lomba CES yang dijadwalkan berlangsung pada 23–24 November mendatang.

Pihak kecamatan berharap Festival Gemeoh dapat terus berkembang menjadi agenda budaya berskala lebih besar. Menurut Asrin, Melak memiliki kekayaan budaya yang menjadi kekuatan penting daerah. “Melak punya kekuatan budaya yang luar biasa Melayu, Dayak dan beragam suku lainnya. Semoga festival ini terus menjadi kebanggaan kita bersama,” ujarnya.

Festival yang telah melewati lebih dari dua abad penyelenggaraan itu kini dipandang bukan sekadar perayaan budaya, tetapi juga sebagai ruang perekat masyarakat sekaligus pendorong pertumbuhan ekonomi lokal. []

Admin04

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com