KUTAI TIMUR – Di balik terselenggaranya program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kutai Timur, ada kerja panjang yang dimulai sejak dini hari di dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) APT Pranoto, Kecamatan Sangatta Utara.
Sebanyak 32 karyawan bekerja secara bergiliran, mulai dari memilih bahan baku hingga memastikan makanan tiba di sekolah sesuai jadwal. Tidak hanya juru masak, tim ini juga melibatkan ahli gizi yang bertugas memastikan kualitas dan kesesuaian porsi setiap menu.
Setiap pagi, ahli gizi mengawasi langsung proses pengemasan. Satu per satu ompreng diperiksa untuk memastikan menu sesuai dengan daftar harian. Pengawasan ketat ini dilakukan agar tidak ada kesalahan dalam penyajian makanan yang dibagikan kepada ribuan siswa.
“Makanan yang telah dipacking masa berlakunya hanya 6 jam, selain itu makanan hanya boleh dimakan di sekolah dan tidak boleh dibawa pulang, kawatirnya yang dibawa pulang itu ada kontaminasi,” ujar Kepala SPPG APT Pranoto, Dinand Ananda P, Rabu (01/10/2025).
Rutinitas dapur ini sudah dimulai sejak pukul 01.00 Wita. Pada jam itu, tim melakukan pemilahan bahan baku. Jika ada bahan yang tidak layak, mereka segera berkoordinasi untuk mengganti dengan stok cadangan agar tidak mengganggu jadwal masak.
Proses memasak dimulai sekitar pukul 03.00 Wita. Setelah itu, makanan diracik dan diporsikan hingga pukul 05.00 Wita. Pengemasan berlangsung hingga pukul 08.00 Wita, dan pada pukul 09.00 Wita makanan sudah siap dikirim ke sekolah penerima MBG.
Semua kegiatan dilakukan dengan disiplin tinggi karena program ini tidak memberi ruang keterlambatan. Sekali saja distribusi molor, jadwal makan siswa bisa terganggu.
Makanan yang disiapkan di dapur SPPG APT Pranoto dipastikan tidak menggunakan bahan tambahan seperti pengawet, micin, ataupun penyedap buatan. Rasanya murni berasal dari racikan bumbu dasar dapur.
Prinsip ini dipegang agar makanan yang dikonsumsi anak-anak tetap sehat dan aman. Setiap menu didesain untuk memenuhi kebutuhan gizi harian siswa, bukan sekadar mengenyangkan.
Selain ketat dalam mengawasi bahan dan proses masak, SPPG APT Pranoto juga mewajibkan seluruh tenaga kerjanya menjalani pemeriksaan kesehatan.
“Tenaga kerjanya juga sebelum bergabung dengan SPPG APT Pranoto melakukan cek kesehatan terlebih dahulu, tidak boleh memiliki penyakit menular, setiap dua minggu sekali dilakukan cek kesehatan apabila ada tambahan relawan kami,” pungkas Dinand.
Langkah ini ditempuh untuk mencegah penularan penyakit sekaligus menjaga kualitas makanan tetap higienis. Bahkan relawan baru pun tidak bisa langsung bergabung sebelum dinyatakan sehat.
Program MBG yang dikelola SPPG APT Pranoto menjadi salah satu penopang utama pemenuhan gizi anak sekolah di Kutai Timur. Dengan standar ketat, mulai dari bahan baku hingga distribusi, dapur ini berupaya menjaga kepercayaan masyarakat bahwa makanan yang dikonsumsi anak-anak mereka aman dan bergizi.
Di tengah sorotan publik terhadap kasus keracunan MBG di daerah lain, kerja profesional seperti yang dilakukan di Sangatta menjadi bukti bahwa distribusi makanan bergizi gratis bisa berjalan dengan aman selama pengawasan dilakukan dengan serius. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan