Malam Gelap di Aceh Utara, Relawan Temukan Ibu dan Bayi

ACEH — Gelap total menyelimuti Desa Geudumbak, Kecamatan Langkahan, Jumat malam (06/12/2025). Pada pukul 20.00 WIB, hanya cahaya senter yang menembus kegelapan di tengah tumpukan kayu, puing rumah, dan bau menyengat yang bercampur lumpur banjir bandang. Di sanalah 30 relawan PMI Aceh Utara dan PMI Aceh berjuang menyisir kawasan terdampak paling parah, berharap menemukan korban hilang di antara reruntuhan.

Di tengah pencarian yang melelahkan, keheningan malam sontak pecah ketika tim menemukan dua jenazah: seorang ibu dan bayi berusia 1,5 tahun. Penemuan itu menyayat hati para relawan yang terus bergerak menyusuri medan penuh tumpukan material kayu dari arah hutan.

“Setiap warga memberi informasi bahwa ada keluarga yang hilang, di lokasi mana diperkirakan terlihat terakhir saat banjir, ke situ kita cari. Radiusnya bisa sangat luas, namun kita sisir pelan-pelan,” ujar Ketua PMI Aceh Utara, Tantawi, Sabtu (06/12/2025).

Di tengah penyisiran malam, para relawan bertemu rombongan Bupati Aceh Utara Ismail A Jalil atau Ayahwa, yang turut menerobos jalur terjal untuk meninjau kondisi dari dekat. Tim relawan dan pemerintah bahu-membahu mengevakuasi jenazah menuju tempat pemulasaraan.

Tantangan terbesar selama operasi pencarian bukan hanya medan berat, tetapi juga bau menyengat, tumpukan lumpur, dan potongan bangunan yang sulit dipindahkan. Di daerah pedalaman itu, tidak ada listrik maupun sinyal telepon; semua pencarian dilakukan dengan senter seadanya hingga pukul 24.00 WIB setiap hari.

“Saya berterima kasih pada seluruh relawan siang dan malam yang mau membantu rakyat Aceh Utara. Kami juga ikut serta di dalam kawasan terjauh,” ungkap Ayahwa.

Kebutuhan darurat warga pengungsi masih sangat mendesak. Selain logistik dan tempat tinggal sementara, bahaya penyakit mengintai akibat banyaknya nyamuk di pengungsian.

“Saat ini yang paling dibutuhkan adalah terpal untuk pengganti rumah sementara, pakaian, bahan pangan, obat-obatan, dan kelambu,” kata Tantawi. Ia memperingatkan, “Jangan sampai rakyat selamat dari banjir dan kelaparan, namun tidak selamat dari penyakit malaria, karena sepanjang malam digigit nyamuk.”

Di akhir peninjauan, Ayahwa kembali menegaskan komitmen pemerintah dan relawan yang terus bekerja dalam kondisi terbatas.

“Saya mengajak semua rakyat bahu-membahu, kami tidak diam. Kami terus bekerja sekuat tenaga. Malam ini menjadi bukti kita saling bertemu di lokasi pencarian mayat,” ucapnya.

Banjir di kawasan Langkahan mulai terjadi sejak 22 November 2025 dan hingga kini beberapa lokasi masih terisolasi. Di sejumlah kabupaten lain di Aceh, banjir baru mulai menggenangi wilayah sejak 26 November 2025. []

Admin03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com