BERAU – Pendidikan dasar di pedalaman Kabupaten Berau kembali menjadi sorotan setelah terungkap Sekolah Dasar (SD) di Kampung Mapulu, Kecamatan Kelay, tidak memiliki guru yang bertugas. Kondisi ini memaksa anak-anak di kampung tersebut menempuh perjalanan ke Kampung Panaan agar tetap bisa bersekolah.
Anggota DPRD Berau, Rudy P. Mangunsong, menilai situasi tersebut mencerminkan lemahnya perencanaan pembangunan pendidikan di daerah. Ia menyebut, sejak awal pendirian sekolah, seharusnya Dinas Pendidikan Berau memastikan adanya tenaga pengajar.
“Kalau tidak ada guru yang mengajar di kelas, mengapa sekolah bisa dibangun tanpa kesiapan tenaga pendidik?” ujarnya, Selasa (16/09/2025).
Rudy menegaskan, pendidikan merupakan hak dasar setiap anak sebagaimana diatur dalam undang-undang. Oleh karena itu, pemerintah daerah seharusnya segera mengambil langkah nyata agar anak-anak di Mapulu tidak kehilangan kesempatan belajar. “Lucu saja di zaman sekarang ada yang tidak punya guru dan tidak bisa bersekolah. Harusnya masalah tersebut bisa segera diatasi,” tegasnya.
Politisi tersebut menyoroti lemahnya komunikasi antara pihak kampung dengan Dinas Pendidikan Berau. Ia berpendapat, dinas terkait tidak seharusnya menunggu pihak kampung datang, melainkan proaktif mencari solusi.
Menurut Rudy, pernyataan Dinas Pendidikan yang menyebut anak-anak Mapulu enggan bersekolah juga tidak bisa dijadikan alasan. “Kalau hanya bicara mereka tidak mau sekolah, sampai kapan pun tentu tidak akan mau sekolah. Harus punya empati,” ucapnya.
Rudy menyarankan Dinas Pendidikan terjun langsung ke lapangan, berdialog dengan masyarakat, tokoh adat, dan lembaga kampung untuk menemukan jalan keluar. Ia menambahkan, pembangunan jembatan penghubung antara Mapulu dan Panaan yang kini terputus juga harus dipercepat agar akses anak-anak lebih aman.
Kepala Dinas Pendidikan Berau, Mardiatul Idalisa, menyampaikan bahwa pihaknya belum pernah menerima kunjungan langsung dari perwakilan Kampung Mapulu terkait persoalan ini. “Suruh aja mereka datang ke dinas kan,” ujarnya, Senin (15/09/2025).
Ia mengakui, hingga kini belum ada kepastian penyebab anak-anak Mapulu tidak memanfaatkan sekolah yang sudah dibangun. Menurutnya, faktor kebijakan nasional yang melarang pengangkatan tenaga honorer juga ikut memengaruhi ketiadaan guru di sana.
Meski begitu, ia menegaskan akan berupaya mencari solusi. “Saya belum ada ketemu ya, nanti kami selesaikan,” katanya.
Sekretaris Kampung Mapulu, Iis, membantah anggapan bahwa orang tua di kampungnya tidak ingin menyekolahkan anak-anak mereka. Menurutnya, persoalan utama adalah absennya guru. “Bukan tidak disekolahkan, tapi tidak ada guru yang mengajar di SD di Kampung Mapulu,” tegasnya.
Ia mengaku sudah berulang kali menyampaikan permintaan solusi ke Dinas Pendidikan, bahkan rela menempuh perjalanan enam jam ke Tanjung Redeb. Namun, jawaban yang diperoleh selalu terbentur aturan. “Jawaban mereka selalu terkendala aturan, tapi apa tidak ada solusi lainnya? Kami juga tidak bisa langsung menghadap kepada Bupati Berau,” tambahnya.
Saat ini, anak-anak SD dari Mapulu terpaksa menyeberangi Sungai Kelay untuk bisa belajar di Kampung Panaan. Setelah jembatan kayu yang menghubungkan dua kampung itu putus pada Mei 2025 lalu, akses semakin sulit.
Menurut Iis, kondisi ini sangat berisiko bagi anak-anak usia sekolah dasar. Ketika arus sungai deras, mereka dilarang menyeberang sehingga terpaksa libur sekolah. Sesekali, mereka menumpang perahu warga tanpa membayar ongkos. “Kami pemerintahan kampung juga tidak tega dengan anak yang harus menyebrang,” katanya.
Kampung Mapulu sebelumnya berstatus tertinggal, namun pada 2024 status tersebut resmi meningkat menjadi kampung berkembang setelah sejumlah infrastruktur dasar terpenuhi. Fasilitas air bersih, rumah layak huni, serta listrik tenaga surya komunal menjadi faktor utama perubahan tersebut.
Bupati Berau, Sri Juniarsih Mas, saat itu menyampaikan rasa syukur atas capaian tersebut. “Alhamdulillah status Indeks Desa Membangun untuk Kampung Mapulu pada tahun ini sudah naik dari status tertinggal menjadi berkembang,” ujarnya.
Meski demikian, persoalan pendidikan masih menjadi pekerjaan rumah besar agar peningkatan status kampung juga beriringan dengan kualitas sumber daya manusianya.
Masyarakat Mapulu kini menunggu langkah nyata dari pemerintah daerah agar sekolah dasar di kampung mereka bisa kembali berfungsi. Kehadiran guru dinilai mutlak, sementara akses transportasi yang aman harus segera diwujudkan.
Pendidikan anak-anak di pedalaman Berau diyakini akan menjadi penentu masa depan kampung tersebut. Tanpa tenaga pengajar, sekolah yang sudah berdiri hanya akan menjadi bangunan kosong tanpa makna. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan