LONDON – Di jantung Kota London, sebuah pemandangan tak biasa menarik perhatian publik. Menara gereja berusia tujuh abad tampak “melayang” di udara, seakan menantang deru mesin pembangunan gedung pencakar langit modern di sekitarnya.
Melansir The Standard, Kamis (25/09/2025), menara tersebut adalah bagian dari Gereja All Hallows Staining yang berdiri sejak abad ke-14, sekitar tahun 1320. Kini, hanya menaranya yang tersisa setelah sebagian besar bangunan gereja runtuh. Menariknya, menara itu pernah lolos dari dahsyatnya kebakaran besar London atau Great Fire, tetapi akhirnya harus menghadapi tantangan baru: pembangunan kompleks perkantoran modern.
Menara All Hallows Staining kini berada di ketinggian 45 kaki atau sekitar 13,7 meter dari tanah. Kondisi tersebut bukan karena sihir, melainkan buah dari inovasi teknik sipil dalam proyek pembangunan gedung perkantoran 36 lantai di 50 Fenchurch Street. Di lokasi ini, lahan seluas 60.000 kaki persegi tengah digali sedalam mungkin. Agar menara bersejarah tetap kokoh di tempatnya, lebih dari 125.000 ton tanah dikeruk dan diganti dengan sistem penyangga (stilts) yang memungkinkan struktur tersebut bertahan aman di udara.
Proyek 50 Fenchurch Street dirancang tidak akan memindahkan atau merusak menara gereja tersebut. Setelah seluruh konstruksi selesai, menara dijanjikan akan “dikembalikan” ke tanah pada titik koordinasi yang sama. Target penataan ulang dijadwalkan rampung pada 2028.
Langkah ini dianggap sebagai simbol harmonisasi antara pelestarian sejarah dan modernisasi kota. Bagi sebagian kalangan, keberadaan menara All Hallows Staining menjadi pengingat bahwa sejarah London tidak boleh hilang meskipun kota terus bertumbuh menjadi pusat bisnis global.
Menara yang pernah selamat dari api kini kembali diuji oleh modernitas. Namun berkat teknologi teknik sipil mutakhir, ia tetap tegak, menjadi saksi bisu perjalanan panjang peradaban London dari abad pertengahan hingga era gedung pencakar langit. []
Admin04
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan