Mengintip Kesejahteraan Musisi di Kaltara

TARAKAN – Kesejahteraan musisi di Kalimantan Utara (Kaltara), khususnya di Kota Tarakan, masih dianggap jauh dari kata sejahtera. Hal tersebut disampaikan oleh Hendi, seorang pelaku seni musik, dalam sebuah dialog di RRI Pro 2 Tarakan pada program Sore Ceria beberapa waktu lalu.

Menurut Hendi, kesejahteraan bagi pelaku seni, termasuk musisi di Tarakan, masih sangat kurang. “Kesejahteraan musik di Tarakan, khususnya bagi pelaku seni, saya rasa masih sangat kurang. Para musisi di sini hanya dibayar sekitar 150 ribu per orang per penampilan, dengan durasi tampil sekitar tiga jam. Itu pun tidak sering,” ujar Hendi.

Lebih lanjut, Hendi menambahkan bahwa tidak hanya untuk pertunjukan reguler, namun untuk acara pernikahan (wedding), bayaran untuk musisi juga masih dirasa tidak sesuai dengan usaha dan waktu yang dikeluarkan. “Bahkan di acara wedding pun, saya mendengar isu bahwa bayaran musisi cukup murah dan tidak sesuai dengan ekspektasi,” tambahnya.

Sebagai informasi, Hendi adalah anggota dari GBK (Gigs Besok Kerja), sebuah komunitas yang menjadi wadah bagi musisi untuk berekspresi dan menyuarakan keluhan mereka terhadap industri musik di Tarakan. GBK juga menjadi bentuk perlawanan terhadap industri musik yang menurut mereka masih terkesan minim penghargaan terhadap musisi lokal.

“GBK ini merupakan bentuk perlawanan kami terhadap industri musik di Tarakan yang masih minim apresiasi terhadap musisi lokal,” ungkap Hendi.

Hendi berharap agar pihak berwenang dan masyarakat bisa lebih menghargai musisi dengan memberikan penghargaan yang lebih adil terkait dengan honor yang diterima. Kondisi ini, menurutnya, perlu mendapat perhatian agar musisi di Kaltara, terutama di Tarakan, bisa lebih sejahtera dan lebih dihargai atas kontribusinya dalam dunia seni musik. []

Redaksi03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
X