BANGKOK – Ketegangan di perbatasan Thailand–Kamboja semakin meningkat setelah militer Thailand mengonfirmasi penggunaan jet tempur F-16 untuk menggempur sejumlah fasilitas yang dinilai memiliki fungsi militer di wilayah Kamboja pada Senin (08/12/2025). Salah satu bangunan yang menjadi sasaran adalah kompleks kasino yang berdiri tak jauh dari garis perbatasan di kawasan Chong An Ma, Distrik Nam Yuen, Ubon Ratchathani.
Menurut penjelasan resmi Tentara Kerajaan Thailand, gedung tersebut diyakini tidak lagi beroperasi sebagai kasino. Berdasarkan laporan intelijen, bangunan itu telah dialihfungsikan sebagai stasiun kontrol drone yang digunakan untuk melakukan serangan ke wilayah Thailand sejak konflik perbatasan kembali memanas beberapa hari terakhir.
Seusai menghancurkan bangunan itu, angkatan udara Thailand menyebut fokus operasi pada Selasa (9/12) dialihkan ke sejumlah pangkalan roket yang dianggap mengancam permukiman warga. Mayor Jenderal Winthai Suvaree, juru bicara militer Thailand, menyatakan bahwa langkah ofensif tersebut merupakan jawaban atas manuver Kamboja yang terjadi sehari sebelumnya.
Menurut Winthai, tindakan militer itu diperlukan setelah “serangan Kamboja pada hari Minggu mengakibatkan sejumlah prajurit Thailand terluka.” Ia menegaskan operasi Thailand adalah bentuk pembelaan diri dan diarahkan untuk “menghancurkan sebanyak mungkin sistem tembakan pendukung Kamboja.”
Militer Thailand juga menuduh Kamboja meningkatkan kesiapsiagaan, termasuk menentukan koordinat target di wilayah Thailand, bahkan di area dekat Bandara Buriram dan fasilitas kesehatan di Distrik Prasat, Surin. Hal ini, menurut Winthai, memperkuat alasan bahwa setiap instalasi militer Kamboja yang memiliki kemampuan ofensif dianggap membahayakan warga Thailand di perbatasan.
Sementara itu, Angkatan Udara Kerajaan Thailand melalui Marsekal Udara Chakkrit Thammawichai menjelaskan bahwa pihaknya terus berkoordinasi dengan Satuan Tugas Suranaree untuk menjalankan operasi berskala luas. Ia menegaskan bahwa seluruh sasaran merupakan target militer dan Thailand berupaya mencegah dampak terhadap warga sipil.
Di sisi politik, Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul menyampaikan sikap keras pemerintah setelah memimpin rapat keamanan nasional. Ia menyebut bentrokan yang pecah di sejumlah titik sejak Minggu menunjukkan bahwa “Thailand tidak akan mengizinkan adanya pelanggaran kedaulatan.” Anutin menegaskan bahwa pintu negosiasi tak lagi terbuka karena Thailand telah “terlalu sering diserang lebih dahulu.”
Anutin juga menyinggung Deklarasi Kuala Lumpur, yang sebelumnya merekomendasikan penyelesaian konflik secara damai. Namun ia menyatakan kesepakatan tersebut kini “tidak lagi relevan” setelah serangkaian serangan terbaru. Situasi di perbatasan kedua negara hingga kini masih menunjukkan eskalasi yang belum mereda. []
Admin04
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan