OJK Ingatkan Bahaya! Penipuan Digital Kini Bisa Tiru Suara Korban

PALANGKA RAYA — Gelombang kejahatan digital di Indonesia terus naik, dan kini masuk fase baru yang jauh lebih berbahaya: penyamaran tingkat tinggi, pencurian data pribadi, hingga rekayasa suara berbasis AI yang mampu meniru suara seseorang secara nyaris sempurna. Situasi ini menjadi alarm keras bahwa masyarakat tak lagi bisa bersikap lengah terhadap keamanan data.

Kepala OJK Kalimantan Tengah, Primandanu Febriyan Aziz, menegaskan bahwa dunia penipuan digital kini telah meloncat jauh dari pola lama yang mudah dikenali. Para pelaku memoles kejahatannya dengan pendekatan profesional, membuat banyak korban tertipu sebelum sempat curiga.

“Pelaku tidak lagi menggunakan modus sederhana. Banyak yang menyamar sebagai petugas pajak, lembaga pemerintah, hingga pihak perbankan atau lembaga jasa keuangan,” ujarnya, Rabu (10/12/2025).

Menurut Primandanu, kejahatan digital modern memanfaatkan identitas palsu, data pribadi curian, hingga gaya komunikasi yang dibuat sangat meyakinkan. Kondisi ini membuat masyarakat harus memperkuat literasi digital, bukan hanya literasi keuangan.

“Masyarakat agar tidak sembarangan membagikan data pribadi seperti NIK, tanggal lahir, nama ibu kandung, maupun kode OTP,” tegasnya.

Ia juga menyoroti ancaman baru berupa voice cloning, di mana suara seseorang dapat direkam dan disalin untuk menipu korban. Teknologi tersebut kini semakin mudah diakses sehingga pelaku bisa menghubungi korban dengan suara yang sangat mirip.

“Suara bisa direkam dan digunakan kembali. Karena itu, saya pribadi sangat berhati-hati terhadap panggilan dari nomor yang tidak dikenal,” katanya.

Ancaman itu bukan lagi sekadar teori. Primandanu mengungkap, ada kasus korban yang mobile banking-nya diambil alih tanpa diketahui, bahkan saat korban tengah melapor ke pihak berwajib.

“Handphone korban bergerak sendiri seolah-olah diakses dari jarak jauh. Ini menunjukkan betapa pentingnya pengamanan berlapis,” ujarnya.

Untuk menekan risiko serupa, OJK mendorong masyarakat mengaktifkan multi-factor authentication pada email maupun mobile banking. Verifikasi bertingkat ini dinilai sebagai benteng yang efektif menghambat pembobolan.

“Jika ada upaya akses dari pihak lain, sistem akan meminta kode tambahan. Ini sangat membantu,” jelasnya.

Ke depan, OJK Kalteng akan memperkuat sinergi lintas sektor untuk kampanye anti-scam yang lebih agresif. Harapannya, masyarakat memahami alur pelaporan, mengenali tanda-tanda penipuan, dan dapat bertindak cepat.

“Semakin masyarakat paham, semakin kecil peluang pelaku memanfaatkan celah,” tutupnya. []

Admin03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com