OKI Berdarah, Senjata Api Masih Berkeliaran

SUMATERA SELATAN – Kasus penembakan yang menewaskan Karya (40) di Desa Sungai Jeruju, Kecamatan Cengal, Kabupaten OKI, Sumatera Selatan, Senin (06/10/2025), kembali menambah daftar panjang kekerasan bersenjata yang kerap luput dari perhatian aparat keamanan di daerah. Pelaku berinisial R, yang disebut sebagai teman korban sendiri, kini telah ditangkap dan tengah diperiksa polisi.

“Pelaku sudah diamankan, nanti pukul 16.00 WIB akan kita rilis,” ujar Kapolres OKI AKBP Eko Rubiyanto saat dikonfirmasi, Senin. Ia belum membeberkan motif pelaku. “Nanti kita rilis sore ini ya,” tambahnya singkat.

Namun, di balik keterangan formal tersebut, kasus ini menyisakan tanda tanya besar tentang lemahnya kontrol kepemilikan senjata dan meningkatnya tindak kekerasan di masyarakat pedesaan. Bagaimana mungkin senjata api bisa dengan mudah digunakan oleh warga sipil, apalagi dalam kasus yang disebut melibatkan dua orang teman dekat?

Menurut Kasat Reskrim Polres OKI AKBP Eko Prasetyo, hubungan pelaku dan korban memang sudah lama terjalin. “Dari keterangan istri korban pelaku adalah teman korban,” ujarnya. Pernyataan itu menambah ironi: kematian Karya bukan karena perampokan atau konflik geng, tetapi akibat peluru dari orang yang pernah ia percaya.

Rekaman CCTV memperlihatkan adegan brutal itu pelaku menembak korban dari jarak dekat saat Karya mengendarai motor sambil membonceng istrinya, baru pulang dari rumah keluarga. Satu tembakan di dada membuat Karya roboh seketika, tewas di tempat.

Meski pelaku berhasil ditangkap, publik kembali mempertanyakan efektivitas pengawasan aparat terhadap peredaran senjata ilegal dan potensi konflik sosial di wilayah rural. Insiden ini bukan kali pertama kekerasan bersenjata terjadi di OKI, namun sering kali kasus-kasus seperti ini hanya berhenti pada penangkapan pelaku, tanpa evaluasi serius terhadap sumber senjata atau lemahnya deteksi dini oleh aparat.

Kementerian dan lembaga keamanan seharusnya tidak sekadar bangga dengan kecepatan menangkap pelaku. Yang lebih penting adalah menutup celah sistemik yang memungkinkan masyarakat sipil memiliki atau mengakses senjata api dengan mudah. Jika tidak, tragedi seperti di Sungai Jeruju hanya akan menjadi berita rutin  sekadar angka dalam statistik kriminal, tanpa ada perubahan nyata. []

Admin03