PONTIANAK – Forum Tempe Indonesia (FTI) menggelar Seminar dan Pelatihan Olahan Tempe bertajuk “Membangun Generasi Emas Indonesia Dengan Tempe” pada Sabtu, (27/09/2025). Kegiatan berlangsung di Rumah Dinas Wali Kota Pontianak, Kalimantan Barat, dan diikuti oleh peserta dari berbagai kalangan, mulai dari pelaku UMKM hingga masyarakat umum yang tertarik pada inovasi kuliner tempe.
Ketua Panitia Kegiatan, Dr. Maherawati, S.TP., M.P., menegaskan bahwa acara ini diselenggarakan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat mengenai konsumsi pangan sehat dan menggali potensi tempe sebagai produk lokal bernilai gizi tinggi. “Tempe bukan hanya sumber protein nabati yang murah dan bergizi, tetapi juga memiliki nilai budaya dan potensi ekonomi yang tinggi. Sudah semestinya tempe menjadi bagian dari menu harian kita,” ujarnya.
Dalam seminar ini, peserta mendapat kesempatan belajar dari tiga narasumber berkompeten. Ketua FTI Pusat Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS., memberikan wawasan tentang peran tempe dalam mendukung gizi masyarakat. Sementara itu, Pengurus FTI Pusat Dr. Dadi H. Maskar, ST, MSc., serta Kepala Balai Besar POM Pontianak, Fauzi Ferdinsyah, S.Si., Apt., berbagi pengetahuan seputar pengolahan tempe yang aman dan inovatif.
“Kita juga melakukan demo olahan tempe yang menarik, tidak hanya sebatas tempe goreng. Semoga kegiatan ini menambah wawasan dan menginspirasi masyarakat untuk menjadikan tempe sebagai pilar penting dalam menu sehat dan mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG),” jelas Maherawati.
Country Director USSEC Indonesia, Ibnu Edy Wiyono, S.E., M.SE., menambahkan perspektif praktis terkait konsumsi tempe di kota Pontianak. Menurutnya, masih jarang ditemukan menu berbahan olahan tempe di warung kopi atau rumah makan. “Harapannya FTI dapat mendorong agar kedai kopi dan rumah makan menyediakan camilan berbahan tempe. Dengan begitu, nongkrong di warung kopi tetap sehat karena ada protein, tidak hanya karbohidrat,” ujarnya.
Ibnu Edy menekankan bahwa inovasi menu tempe dapat mendukung budaya ngopi masyarakat Pontianak sekaligus meningkatkan konsumsi gizi seimbang. “Ya paling tidak ada juga menu susu kedelai atau camilan tempe, agar masyarakat bisa menikmati hidangan sehat saat bersosialisasi,” tambahnya.
Acara ini juga mendapat dukungan pemerintah daerah. Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Perdagangan Kota Pontianak, Ibrahim, S.IP., M.Si., mewakili Ketua PKK dan Ketua Tim Pembina Posyandu Kota Pontianak, membuka kegiatan secara resmi. Ia menekankan pentingnya mengubah pandangan bahwa tempe hanya lauk sederhana. “Tantangan kita adalah membuat tempe menjadi lebih modern dan bernilai tambah, baik untuk konsumsi rumah tangga maupun sebagai produk usaha,” ujarnya.
Ibrahim juga menegaskan bahwa UMKM tempe memiliki potensi menembus pasar internasional. “Usaha kecil tidak berarti kecil dampaknya. Produk olahan tempe yang dikelola dengan baik mampu bersaing di tingkat global,” jelasnya.
Melalui seminar dan pelatihan ini, FTI Kalbar berharap masyarakat dan pelaku UMKM semakin terampil dalam mengolah tempe menjadi produk inovatif, sehat, dan bernilai ekonomi tinggi. Kegiatan ini sekaligus menegaskan bahwa tempe dapat menjadi pilar penting dalam mendukung menu sehat nasional dan memperkuat identitas kuliner Indonesia. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan