SUDAN – Krisis kemanusiaan di Sudan kembali mencuat setelah laporan baru mengungkap rentetan kekerasan seksual terhadap perempuan yang berusaha meninggalkan El-Fasher, kota yang sejak beberapa minggu terakhir berada di bawah kendali Rapid Support Forces (RSF). Dalam satu pekan terakhir saja, Sudan Doctors Network mencatat 32 kasus pemerkosaan, sebuah angka yang dinilai mencerminkan meningkatnya kerentanan warga sipil di wilayah konflik tersebut.
Dalam keterangan resmi yang dirilis pada Minggu, (16/11/2025), jaringan dokter itu menjelaskan bahwa sebagian korban diserang di dalam El-Fasher setelah wilayah tersebut sepenuhnya dikuasai RSF. Sementara itu, korban lainnya mengalami kekerasan seksual saat mencoba melarikan diri menuju Kota Tawila, yang selama ini kerap menjadi tujuan pengungsian sementara masyarakat sipil.
Dikutip dari Anadolu Agency, organisasi tersebut menegaskan bahwa tindakan itu merupakan bentuk kejahatan yang tidak dapat ditoleransi. Mereka mengecam kejadian tersebut sebagai “pelanggaran jelas terhadap hukum humaniter internasional dan merupakan kejahatan perang serta kejahatan terhadap kemanusiaan.”
Sudan Doctors Network juga menekankan bahwa kekerasan yang dialami perempuan dan anak perempuan menunjukkan situasi kacau yang terjadi di wilayah-wilayah yang berada di bawah kekuasaan RSF. Dalam pernyataan itu, mereka menulis bahwa tindakan tersebut “menggambarkan tingkat kekacauan dan kekerasan sistematis… di tengah ketiadaan perlindungan dan tidak adanya akuntabilitas.”
Organisasi itu meminta komunitas internasional turun tangan segera. RSF dinilai bertanggung jawab penuh atas terjadinya kekerasan tersebut. Mereka menyerukan penyelidikan internasional yang independen, serta mendesak penjaminan perlindungan bagi para penyintas dan saksi. Selain itu, mereka menuntut akses tanpa halangan bagi tim medis maupun lembaga kemanusiaan untuk memberikan pertolongan, dukungan psikologis, dan layanan hukum.
Sejak pecah pada April 2023, konflik antara militer Sudan dan RSF telah menewaskan lebih dari 40 ribu orang dan membuat sekitar 12 juta penduduk mengungsi, berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Kondisi semakin memburuk setelah RSF menguasai El-Fasher, ibu kota Darfur Utara, pada bulan lalu. Mereka juga dituduh melakukan pembantaian di wilayah tersebut.
Kini RSF mengendalikan seluruh lima negara bagian Darfur, sementara militer mempertahankan sebagian besar dari 13 negara bagian lainnya, termasuk Khartoum. Padahal Darfur hanya mencakup seperlima wilayah Sudan; namun mayoritas dari 50 juta penduduk negara itu tinggal di daerah-daerah yang masih berada dalam pengawasan militer, memperlihatkan betapa terpecahnya Sudan di tengah konflik berkepanjangan. []
Admin04
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan