Pahlawan Bondi Berjuang Pulih, Ahmed Terancam Kehilangan Lengan

SYDNEY — Aksi heroik Ahmed al Ahmed saat melucuti senjata pelaku penembakan massal di Pantai Bondi menjadikannya simbol keberanian warga sipil. Namun, di balik pujian global itu, Ahmed kini harus menghadapi konsekuensi berat: pemulihan panjang di rumah sakit, rasa sakit luar biasa, dan ancaman kehilangan lengan kiri.

Ahmed masih menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit St George, Kogarah, Sydney bagian selatan, setelah menjalani operasi untuk mengeluarkan peluru-peluru dari tubuhnya. Meski kondisi fisiknya belum stabil, sikapnya terhadap keputusan yang diambil di hari kejadian tetap teguh. Ia mengaku tidak menyesal telah menyergap pelaku dengan tangan kosong, bahkan menyatakan siap melakukan hal yang sama jika situasi serupa terulang.

Pernyataan itu disampaikan melalui Sam Issa, pengacara imigrasi yang mendampinginya dan menjenguk Ahmed pada Senin (15/12/2025) malam waktu setempat.
“Dia (Ahmed-red) tidak menyesali apa yang telah dilakukannya. Dia mengatakan akan melakukannya lagi. Tetapi rasa sakitnya mulai membebani dirinya,” kata Issa.

Issa menggambarkan kondisi kliennya masih jauh dari kata pulih.
“Dia sama sekali tidak sehat. Tubuhnya penuh luka tembak. Pahlawan kita sedang berjuang saat ini,” ucapnya.

Menurut Issa, Ahmed menderita lima luka tembak di lengan kiri. Satu peluru bahkan menembus hingga bagian belakang tulang belikat kiri dan belum berhasil dikeluarkan. Sebelumnya dilaporkan, Ahmed terkena dua tembakan saat bergulat dengan pelaku untuk merebut senjatanya dalam insiden penembakan massal di Pantai Bondi pada Minggu (14/12/2025). Peristiwa itu menewaskan sedikitnya 15 orang dan melukai lebih dari 40 lainnya.

Ancaman kehilangan lengan kiri kini menjadi kekhawatiran utama. Dalam foto yang diambil di rumah sakit, lengan kiri Ahmed tampak diperban sepenuhnya. “Kondisinya jauh lebih buruk dari yang diperkirakan. Ketika Anda membayangkan sebuah peluru di lengan, Anda tidak membayangkan cedera serius, tetapi dia telah kehilangan banyak darah,” tutur Issa.

Di balik keberaniannya, Ahmed adalah sosok ayah dan warga biasa. Pria berusia 44 tahun ini merupakan pemilik toko tembakau di Sydney dan ayah dari dua anak perempuan berusia lima dan enam tahun. Ia tiba di Australia dari Suriah pada 2006 dan baru memperoleh kewarganegaraan Australia pada 2022 setelah melewati proses panjang.

Issa menyebut Ahmed merasa “berhutang budi” kepada Australia negara yang memberinya perlindungan setelah ia melarikan diri dari perang sipil di Suriah. “Ahmed adalah seorang pria yang rendah hati, dia tidak tertarik pada pemberitaan, dia hanya melakukan apa yang harus dia lakukan sebagai manusia pada hari itu,” kata Issa.

“Dia merasa bersyukur karena berada di Australia. Ini adalah caranya untuk menyampaikan rasa terima kasihnya karena bisa tinggal di Australia, karena telah diberikan kewarganegaraan,” sebutnya. “Dia benar-benar menghargai masyarakat ini, dan dia merasa bahwa sebagai anggota masyarakat, dia harus bertindak seperti itu dan berkontribusi,” ucap Issa.

Kisah Ahmed kini menjadi pengingat bahwa di tengah tragedi, keberanian warga sipil bisa menyelamatkan banyak nyawa namun sering kali menuntut harga yang sangat mahal. []

Admin03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com