SAMARINDA — Kecelakaan kapal tongkang yang kembali menabrak Jembatan Mahakam I pada tahun 2025 menarik perhatian publik, termasuk dari kalangan akademisi. Salah satu tanggapan datang dari pengamat sekaligus dosen Teknik Sipil Politeknik Negeri Samarinda (Polnes), Dr. Ir. Tumingan, MT.
Ia menyoroti pentingnya pengembalian fungsi fender atau pelindung jembatan yang sebelumnya rusak akibat insiden tabrakan tongkang bermuatan kayu pada 16 Februari 2025 lalu.
“Audit forensik terkait kondisi struktur jembatan sudah dilakukan. Tanggung jawab pengembalian atau perbaikan fender itu berada di pihak BBPJN,” ujarnya, Kamis (01/05/2025).
Lebih lanjut, Dr. Tumingan menyarankan agar proses pembangunan ulang fender tidak dilakukan sembarangan. Ia menekankan pentingnya menjaga jarak aman antara fender dan pilar utama jembatan agar saat terjadi tabrakan, benturan hanya mengenai fender, bukan langsung mengenai struktur penyangga jembatan.
“Pembangunan fender seharusnya tidak terlalu dekat dengan pilar. Dengan begitu, jika terjadi tabrakan, dampaknya hanya tertahan pada fender, tidak langsung ke pilar,” jelasnya.
Ia juga menilai bahwa sistem navigasi kapal yang melintasi kolong jembatan perlu pembenahan, meskipun infrastruktur pendukung seperti CCTV dan alat pengukur arus sudah tersedia. Menurutnya, perlengkapan itu seharusnya bisa membantu memantau dan mengontrol lalu lintas kapal dengan lebih efektif.
“CCTV dan alat pengukur kecepatan arus sudah ada, sistem ini sebenarnya cukup lengkap. Tapi, dalam praktiknya, kapal-kapal sering terburu-buru karena antrean panjang, terutama kapal tunda. Seharusnya ada rotasi petugas untuk mengurangi potensi kejadian serupa,” pungkasnya.
Dr. Tumingan berharap pembangunan kembali fender pelindung bisa segera direalisasikan, mengingat fungsinya yang sangat penting dalam melindungi struktur jembatan dari benturan kapal.[]
Redaksi12