JAWA TIMUR – Angin kencang yang menerjang wilayah Desa Palengaan Laok, Kabupaten Pamekasan, Senin sore (13/10/2025), meninggalkan jejak kerusakan serius. Sedikitnya 21 rumah dan dapur warga rusak, enam orang menjadi korban tertimpa pohon karet tumbang, dan satu di antaranya mengalami patah tulang di paha kanan.
Peristiwa yang terjadi sekitar pukul 14.30 WIB itu berlangsung cepat. Warga tidak sempat mengamankan diri ketika hujan deras disertai angin kencang mengguncang kawasan Dusun Tek Lampok II. Salah satu korban, Mukhtar, menuturkan bahwa ia dan keluarganya sempat berlindung di surau di depan rumah, namun nasib berkata lain.
“Kami tidak bisa lari, tiba-tiba atap surau ambruk,” katanya.
Dari data BPBD Pamekasan, angin kencang merusak puluhan rumah dan fasilitas warga di beberapa dusun. Petugas bersama TNI dan Polri turun langsung membantu evakuasi serta memberikan pertolongan pertama bagi para korban luka. “Kami sudah mendata semua rumah yang terdampak, mulai rumah, dapur, hingga pertokoan. Semuanya ada 21 bangunan,” ujar Kalaksa BPBD Pamekasan, Akhmad Dhofir Rosyidi, Selasa (14/10/2025).
Korban patah tulang, Moh. Munir, segera dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapat perawatan intensif. Sementara lima korban luka ringan Moh. Haji (65), Hotimah (38), Isyarotul Ilahiyah (10), Mukhtar, dan Yuliati telah menjalani pengobatan mandiri di rumah masing-masing.
Kasi Humas Polres Pamekasan AKP Jupriadi memastikan tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. “Kami juga mendatangi sejumlah korban sampai tadi malam, termasuk membantu membersihkan reruntuhan rumah warga pasca angin kencang,” ujarnya.
Sementara itu, warga lain, Muzakki, mengungkapkan bahwa kekuatan angin kali ini luar biasa. “Ada satu rumah yang ambruk total rata tanah karena angin disertai hujan sangat kencang,” ucapnya. Ia menambahkan, hampir seluruh warga keluar rumah dan berteriak panik ketika tiupan angin tiba-tiba datang sekitar pukul 14.30 hingga 16.00 WIB.
Peristiwa di Palengaan Laok menjadi peringatan keras bagi pemerintah daerah agar meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi cuaca ekstrem. Minimnya sistem peringatan dini dan lemahnya infrastruktur pedesaan membuat masyarakat masih menjadi korban berulang setiap kali bencana angin kencang melanda. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan