Pasar Antasari, Dari Ramai ke Ngeri

BANJARMASIN —  Suasana Pasar Sentra Antasari Banjarmasin yang dahulu menjadi denyut ekonomi kota kini menghadirkan ironi. Di balik keramaian di sisi luar, jantung pasar di lantai dasar justru sepi, gelap, dan memprihatinkan. Ruko-ruko kosong berjejer, dinding penuh tempelan “Dijual” dan “Disewakan”, sementara bau pesing dan tumpukan sampah menjadi pemandangan sehari-hari.

Gambaran suram itu tidak hanya menandai penurunan aktivitas ekonomi, tapi juga menunjukkan lemahnya pengawasan dan perhatian pemerintah terhadap aset publik yang seharusnya produktif. Para pedagang kecil seperti Fatimah, yang telah 25 tahun berjualan di sana, menjadi saksi hidup dari masa keemasan yang kini memudar.

“Jaman SBY ramai banar, sunyinya yah pas selesai Covid. Langsung banyak yang berhenti, bukan pindahan tapi memang berhenti berjualan,” ujarnya mengenang masa ketika pasar ini masih hidup dan dipenuhi pembeli.

Kini, Fatimah membuka warungnya hanya sampai siang. Ia tetap bertahan meski sadar bahwa kawasan terdalam pasar telah berubah menjadi tempat bagi remaja mabuk lem dan orang-orang yang kehilangan arah. “Tidak nyaman orang datang lingkungan kotor dan banyak juga anak-anak mabuk lem,” katanya lirih sambil mengaduk masakan di warungnya.

Kondisi ini memperlihatkan kegagalan pemerintah kota dalam memastikan ruang ekonomi rakyat tetap layak dan aman. Pasar Sentra Antasari, yang seharusnya menjadi pusat pergerakan perdagangan rakyat, justru bertransformasi menjadi kawasan rawan kejahatan dan ketertiban sosial.

Beberapa pedagang mengaku sering mengalami pemalakan dan intimidasi dari sekelompok orang dalam kondisi mabuk. “Saya tidak pernah lagi sampai sore. Karena di sini itu kumpul mereka mabuk-mabuk, tambahnya lagi anak-anak lem,” tutur Fatimah dengan nada pasrah.

Di lantai dua, situasi tak kalah menyedihkan. Ruko-ruko kosong, lantai retak, dan aroma tidak sedap masih menguar. Rijali, pedagang pakaian, bahkan mengaku sebagian besar blok di lantai dua kini mati total. “Banyak lagi kosong. Di blok C itu masih banyak kosong, blok D juga toko-toko kosong. Yah bagaimana urusan Pemko itu,” katanya.

Ketika dikonfirmasi, Kabid Ketertiban Umum Satpol PP Banjarmasin, M. Syarmani, menyatakan belum menerima laporan resmi terkait aksi pemalakan di pasar tersebut. “Segera kami koordinasikan ke pimpinan, apakah itu masuk ke unsur pidana atau tidak,” ujarnya, Senin (20/10/2025). Ia mengimbau masyarakat agar segera melapor jika menemukan potensi gangguan ketertiban umum.

Namun bagi pedagang, imbauan saja tidak cukup. Mereka butuh tindakan nyata, bukan sekadar wacana. Apalagi, fakta di lapangan menunjukkan pasar telah lama dibiarkan tanpa pengawasan serius.

Direktur Operasional Perumda Pasar Banjarmasin, Azhar Budi, mengaku baru mengetahui kondisi tersebut dan berjanji akan segera menindaklanjuti. “Kami akan segera melakukan penertiban di Pasar Antasari bersama pihak kepolisian,” ujarnya.

Ia menegaskan, pasar seharusnya menjadi tempat yang aman dan nyaman, bukan arena kekuasaan bagi kelompok yang tidak bertanggung jawab. “Sudah sepatutnya pasar jadi tempat yang aman dan nyaman untuk berbelanja, bukan tempat unjuk kekuatan bagi pihak yang tidak bertanggung jawab,” tegasnya.

Kini bola ada di tangan Pemerintah Kota Banjarmasin. Jika tak segera bertindak, bukan hanya ekonomi rakyat yang mati pelan-pelan, tetapi juga kepercayaan publik terhadap tata kelola ruang kota. Pasar Sentra Antasari, yang dulu simbol hidupnya perdagangan Banjar, kini menjadi simbol pembiaran yang menyedihkan. []

Admin03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com