TARAKAN – Pasar Rakyat Kampung Empat yang dibangun Pemerintah Kota Tarakan sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat hingga kini belum menunjukkan geliat aktivitas yang signifikan. Kondisi ini memunculkan sorotan dari berbagai kalangan, termasuk akademisi yang menilai pendekatan pembangunan tidak melibatkan partisipasi masyarakat sejak awal.
Pakar ekonomi dari Universitas Borneo Tarakan, Dr. Margiyono, S.E., M.Si., mengatakan fenomena pasar yang sepi bukan hanya terjadi di Kampung Empat, tetapi juga di beberapa wilayah lain. “Di Tarakan Utara juga ada pasar dan terminal, tapi respons masyarakat juga rendah, bahkan sampai fasilitasnya rusak dan tidak dipakai,” ujarnya, Rabu (16/7/2025).
Menurutnya, salah satu penyebab utama adalah tidak adanya survei untuk mengakomodasi kebutuhan para pedagang sebelum pembangunan dilakukan. “Pemerintah pasti niatnya baik. Pembangunan pasar rakyat dimaksudkan untuk kenyamanan, ketertiban, dan efisiensi ekonomi. Tapi ketika menyangkut masyarakat, mestinya mereka dilibatkan sejak perencanaan,” katanya.
Ia menilai Pasar Kampung Empat memiliki potensi dari segi lokasi, namun keberadaannya berada di bawah bayang-bayang dominasi Pasar Gusher, pusat aktivitas jual beli terbesar di Tarakan. Dominasi ini membuat pasar lain seperti Pasar Boompanjang dan Pasar Markoni kehilangan daya saing akibat harga jual yang relatif lebih tinggi. “Magnet Pasar Gusher itu luar biasa. Bahkan sebagian besar kebutuhan pokok di Kampung Bugis dan Juata juga diambil dari sana,” sebutnya.
Masyarakat Tarakan yang memiliki mobilitas tinggi, lanjut Margiyono, tidak menganggap jarak sebagai kendala saat ingin berbelanja. “Kalau di Tarakan itu, orang ke mana-mana dekat. Jadi meskipun tinggal di Kampung Empat, tetap lebih memilih belanja ke Gusher,” jelasnya.
Apabila situasi ini terus dibiarkan, kata dia, investasi yang dilakukan pemerintah berisiko sia-sia karena pasar bisa terbengkalai dan rusak. Sebagai solusi, ia menyarankan penerapan segmentasi produk berdasarkan asal produksi. “Sekitar 80 persen produksi pertanian di Tarakan berasal dari Tarakan Timur. Harusnya produk pertanian dari sana diarahkan ke pasar Kampung Empat,” ujarnya.
Menurut Margiyono, strategi tersebut dapat menurunkan biaya distribusi sehingga harga lebih bersaing. Ia mencontohkan keberhasilan segmentasi Pasar Ikan di Kampung Pukat. “Misalnya pasar ikan itu kan khas di Kampung Pukat. Begitu juga seharusnya pasar Kampung Empat disegmentasikan untuk produk pertanian dari Tarakan Timur,” katanya.
Guna mendorong aktivitas ekonomi, ia menyarankan pemerintah memberikan insentif kepada pedagang, seperti pembebasan biaya parkir, bantuan pengangkutan barang, hingga hadiah kecil. Ia juga menekankan pentingnya promosi melalui event pasar murah atau kegiatan sosial lainnya.
Selain itu, Margiyono menyoroti kompetisi antara pasar resmi dan para pedagang yang memanfaatkan tepi jalan untuk berjualan. “Sekarang, rumah-rumah di pinggir jalan juga dimanfaatkan sebagai tempat jualan, dan ini juga bagian dari persaingan antara masyarakat dan pemerintah,” katanya.
Ia menegaskan bahwa solusi bukan semata-mata pada penegakan aturan, melainkan harus menyentuh aspek manfaat yang nyata bagi masyarakat. “Bukan soal sanksi, tapi bagaimana menciptakan utilitas. Pembeli diberi alasan untuk datang, penjual diberi alasan untuk pindah. Insentif dan utilitas harus diberikan dua-duanya,” pungkasnya.[]
Admin05