Patung Bitcoin Dicuri, Ditemukan di Danau oleh Nelayan Swiss

LUGANO – Suasana tenang di Kota Lugano, Swiss, mendadak berubah setelah hilangnya sebuah patung misterius yang menjadi simbol penting dalam dunia kripto. Patung perunggu setinggi 1,8 meter yang menggambarkan sosok Satoshi Nakamoto, pendiri anonim mata uang digital Bitcoin, lenyap dari tempatnya di Parco Ciani pada dini hari tanpa meninggalkan jejak yang jelas.

Di lokasi hanya tersisa landasan kosong dan selembar kertas bertuliskan “Proof-of-Stake > Proof-of-Work” dengan font Courier New yang mencolok. Kalimat itu langsung memancing diskusi sengit di antara komunitas kripto global, sekaligus menjadi pemantik berbagai spekulasi.

“Kami menemukan bekas roda derek dan beberapa jejak kaki di tanah basah,” ujar Marco Ferraro, petugas polisi yang pertama kali menanggapi laporan hilangnya patung yang ditaksir bernilai sekitar 50.000 dolar AS itu.

Kejadian ini tidak hanya menyedot perhatian warga lokal, tetapi juga memicu reaksi unik dari para penggiat kripto. Tanpa menunggu lama, mereka menawarkan hadiah sebesar 0,1 Bitcoin (sekitar 6.300 dolar AS) untuk siapa pun yang dapat memberikan informasi yang mengarah pada pengembalian patung tersebut.

Pencarian pun berlangsung intensif hingga sebuah penemuan tak terduga datang dari seorang nelayan lokal bernama Gianni Borelli. Saat sedang mencari ikan trout di Danau Lugano, ia justru mendeteksi keberadaan benda asing di kedalaman tiga meter.

“Saya sedang mencari ikan trout ketika sonar mendeteksi benda besar. Awalnya kira bangkai mobil,” kata Borelli sembari tertawa saat mengenang momen tersebut.

Patung itu akhirnya ditemukan dalam kondisi yang nyaris sempurna, hanya terdapat sedikit goresan di bagian dagu. Ironisnya, hal itu seolah menggambarkan bagaimana identitas Satoshi Nakamoto sendiri tetap tertutup kabut misteri.

Setelah dilakukan penyelidikan, pihak kepolisian mengungkap bahwa pelaku pencurian adalah sekelompok mahasiswa seni dari salah satu universitas di kota itu. Mereka berdalih bahwa aksi tersebut merupakan bagian dari eksperimen artistik untuk menguji makna kepemilikan dalam dunia terdesentralisasi.

“Mereka ingin menguji apakah sebuah karya seni benar-benar bisa menjadi milik komunitas,” jelas Jaksa Piero Morandi kepada media lokal.

Alih-alih dikenakan hukuman, para mahasiswa tersebut justru diundang oleh pemerintah kota untuk berkolaborasi dalam proyek seni bertema blockchain berikutnya.

Di balik insiden ini, terungkap pula sejumlah fakta menarik. Patung seberat 300 kilogram itu dipindahkan menggunakan peralatan dari pusat kebugaran terdekat. Hadiah dalam bentuk Bitcoin pun disalurkan melalui smart contract dengan ketentuan bahwa patung harus dikembalikan dalam keadaan utuh. Bahkan, warga Lugano sempat menciptakan versi augmented reality dari patung tersebut yang dapat diakses melalui aplikasi dompet kripto.[]

Admin05

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com