JAWA BARAT – Sebuah patung burung rajawali di Desa Cipaat, Kecamatan Bongas, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, menjadi perbincangan hangat di media sosial. Patung setinggi sekitar 3 meter itu viral karena kemiripannya yang nyaris sempurna dengan burung asli, meski dibangun dengan anggaran relatif terjangkau sebesar Rp180 juta.
Video patung tersebut pertama kali diunggah oleh akun Instagram @terasinfo.bpn pada Selasa (12/5/2025). Dalam unggahannya, disebutkan bahwa patung ini dibangun sebagai ikon desa, dilengkapi pagar pembatas dan tanaman bonsai di sekelilingnya. “Patung ikon Burung Rajawali yang hampir menyerupai aslinya itu dibangun dengan anggaran Rp180 juta saja, lengkap dengan pagar dan juga pohon bonsainya,” tulis akun tersebut.
Respons warganet mayoritas positif, dengan banyak yang memuji efisiensi anggaran untuk hasil yang berkualitas tinggi. Seorang warganet berkomentar, “Mau bangun patung itu nggak usah pakai vendor segala, langsung aja ke seniman. Berapa duit bikin patung?” Komentar lain menyindir proyek serupa dengan anggaran besar, “Padahal kalau 15 M juga keren. Nggak kayak kura-kura sama gajah.”
Fenomena ini mengingatkan pada viralnya patung biawak beberapa waktu lalu yang juga dibuat dengan biaya relatif murah, Rp50 juta, namun memiliki tingkat kemiripan tinggi dengan aslinya. Kedua kasus ini menunjukkan bahwa karya seni publik berkualitas tidak selalu membutuhkan anggaran fantastis, asalkan melibatkan seniman lokal yang kompeten.
Patung rajawali ini kini menjadi kebanggaan warga Desa Cipaat dan menarik perhatian pengunjung dari luar daerah. Keberhasilannya kembali memicu diskusi tentang pentingnya transparansi dan efisiensi anggaran dalam pembangunan fasilitas publik, serta apresiasi terhadap karya seniman lokal yang mampu menghasilkan mahakarya dengan biaya terbatas.
Pemerintah setempat berencana menjadikan lokasi tersebut sebagai destinasi wisata baru dengan menata lebih lanjut area sekitar patung. Dengan sentuhan kreatif dan anggaran yang tepat, karya seperti ini membuktikan bahwa pembangunan ikon daerah tidak harus mahal untuk menghasilkan nilai estetika dan kebanggaan masyarakat.[]
Redaksi11