SAMARINDA-Pada Sabtu malam, 26 April 2025, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) Regional 4 Samarinda memberikan klarifikasi mengenai insiden kapal tongkang yang menabrak Jembatan Mahakam. Kejadian ini terjadi sekitar pukul 23.00 WITA dan berlangsung di luar jam operasional penggolongan kapal. Kapal tongkang milik PT SKA sedang menjalani olah gerak tambat sambil menunggu jadwal pelayanan penggolongan keesokan harinya.
Ali Akbar, perwakilan Humas Pelindo Regional 4 Samarinda, menjelaskan bahwa tali pengikat antara tugboat dan tongkang putus, sehingga tongkang hanyut terbawa arus ke bawah jembatan. Upaya penahanan yang dilakukan oleh tugboat gagal, dan insiden ini dilaporkan ke pihak kepanduan Pelindo untuk meminta bantuan evakuasi. Pelindo, sebagai pihak yang bertanggung jawab atas pengelolaan pelayaran di Sungai Mahakam, segera mengerahkan dua unit kapal tunda untuk mengevakuasi tongkang yang terhanyut.
Evakuasi berhasil dilakukan ketika tongkang sudah melewati kolong jembatan dan mendekati Jety Pertamina, serta akhirnya dibawa ke area dekat Masjid Jami’ Darun Ni’mar di Karang Asam. Ali Akbar menegaskan bahwa Pelindo bertanggung jawab atas keselamatan pelayaran serta perlindungan lingkungan maritim.
Insiden ini telah menarik perhatian anggota DPRD Kalimantan Timur, Sapto Setyo Pramono, yang meninjau langsung lokasi kejadian. Ia menyatakan keprihatinannya dan menekankan pentingnya pengawasan terhadap zona steril yang telah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 1989, yang mencakup area sepanjang 500 meter di sekitar jembatan serta zona steril 5 kilometer di kanan kiri jembatan.
Sapto juga mendesak untuk segera menutup sementara jalur penggolongan jembatan guna mencegah terjadinya kecelakaan lebih lanjut dan menghindari korban jiwa, mengingat insiden serupa yang terjadi di Jembatan Kutai Kartanegara beberapa waktu lalu. Selain itu, insiden kapal tongkang ini menjadi yang ke-23 kalinya, yang menunjukkan perlunya evaluasi lebih mendalam terhadap keselamatan pelayaran di wilayah tersebut.
Jembatan Mahakam, yang dibangun oleh PT Hutama Karya (Persero) pada tahun 1982 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 2 Agustus 1986, memiliki panjang 400 meter dan lebar 10 meter. Desain jembatan yang terinspirasi dari arsitektur Belanda menggunakan konstruksi baja dan dilengkapi dengan dua jalur pejalan kaki di sisi kiri dan kanan[]