SAMARINDA – Persoalan ketenagakerjaan masih menjadi isu penting di Kota Samarinda. Salah satu hal yang menjadi sorotan ialah bagaimana memastikan putra-putri daerah mendapatkan kesempatan yang sama dalam dunia kerja, terutama di tengah persaingan dengan tenaga kerja dari luar daerah.
Anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Samarinda, Ismail Latisi, menegaskan bahwa penyerapan tenaga kerja lokal harus menjadi perhatian serius. Menurutnya, anak muda Samarinda tidak boleh sampai tersisih atau kalah bersaing di kampung halamannya sendiri.
“Kemarin kita baru bahas perda tentang ketenagakerjaan, ini belum selesai, belum rampung,” ujar Ismail saat ditemui di Kantor DPRD Kota Samarinda, Kamis (18/09/2025).
Ia menjelaskan, aspirasi masyarakat mengenai pentingnya memperhatikan tenaga kerja lokal sudah dimasukkan dalam rancangan peraturan daerah tersebut. Harapannya, perda itu dapat menjadi payung hukum yang jelas bagi pemerintah daerah dalam melindungi tenaga kerja asli Samarinda.
“Cuma aspirasi seputar serapan tenaga lokal itu ada termuat di situ, supaya putra-putri daerah ini jangan sampai kemudian termarginalkan atau dianaktirikan dibandingkan kemudian orang luar,” katanya.
Lebih lanjut, Ismail menyoroti data dari Dinas Ketenagakerjaan yang setiap tahun rutin menggelar bursa kerja atau job fair. Menurutnya, kegiatan tersebut cukup berhasil dalam menyalurkan tenaga kerja, meski masih menyisakan sejumlah catatan penting.
“Yang perlu kita lihat juga data dari Dinas Ketenagakerjaan, tiap tahun mereka mengadakan job fair dengan serapan tenaga kerja yang luar biasa, lumayan banyak,” jelasnya.
Namun, di balik angka serapan yang cukup tinggi, ternyata masih banyak lowongan kerja yang tidak terisi. Salah satu penyebabnya ialah rendahnya minat pencari kerja lokal terhadap jenis pekerjaan yang ditawarkan.
“Jadi, katanya justru lebih banyak lowongan kerja yang kosong, artinya ini data dari Dinas Ketenagakerjaan banyak kemudian yang bukan tidak terserap,” ungkapnya.
Ismail menilai fenomena ini berkaitan erat dengan kecenderungan generasi muda, terutama Gen Z, yang memilih pekerjaan instan, praktis, dan nyaman.
“Kayaknya masyarakat kita khususnya Gen Z ini tidak tertarik dengan tawaran lowongan tenaga kerja yang kemudian muncul di job fair,” tuturnya.
Menurutnya, kondisi ini menjadi pekerjaan rumah bersama. Sebab, lapangan kerja sebenarnya tersedia, hanya saja tidak sesuai dengan preferensi sebagian besar pencari kerja muda.
“Ini jadi PR kita juga, artinya lowongan pekerjaan ada tapi tidak diminati oleh masyarakat kita khususnya kemudian tadi yang anak-anak muda mungkin maunya segera, cepat, yang nyaman, yang enak,” ujarnya.
Meski begitu, Ismail menekankan bahwa peluang kerja di Samarinda masih terbuka luas. Ia mengingatkan agar pencari kerja tidak terlalu selektif dalam menentukan bidang pekerjaan.
“Artinya ini jadi catatan kita juga bahwa ternyata di Samarinda ini masih bisa kita dapatkan pekerjaan dengan catatan nggak pilih-pilih,” pungkasnya. []
Penulis: Yus Rizal Zulfikar | Penyunting Rasidah
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan