ACEH – Bencana hidrometeorologi yang menerjang Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat kembali menegaskan rentannya wilayah-wilayah tersebut terhadap curah hujan ekstrem. Aceh menjadi daerah dengan dampak paling luas, di mana 18 kabupaten/kota terdampak dan sebagian wilayah mengalami kelumpuhan akibat banjir bandang dan tanah longsor. Kabupaten Aceh Tamiang tercatat sebagai daerah yang paling parah dilanda.
Keseriusan penanganan bencana ini terlihat dari langkah Presiden Prabowo Subianto yang kembali datang ke Aceh pada Minggu (07/12/2025), hanya beberapa hari setelah kunjungan pertamanya pada Senin 1 Januari 2025. Kehadiran Presiden yang tiba di Bandara Sultan Iskandar Muda disambut langsung oleh jajaran pemerintah daerah, termasuk Gubernur Aceh Muzakir Manaf atau Mualem. Dalam momen yang tertangkap kamera, Presiden Prabowo tampak memeluk Mualem, sebelum keduanya terlibat dalam percakapan bersama beberapa pejabat lain di area landasan udara.
Kunjungan presiden kali ini berfokus pada percepatan penanganan darurat dan upaya pemulihan di titik-titik terdampak. Presiden dijadwalkan meninjau lokasi kerusakan, mengevaluasi proses evakuasi warga, serta memastikan distribusi bantuan berjalan lancar. Pemerintah menegaskan bahwa penanganan banjir Aceh menjadi prioritas nasional, mengingat tingkat kerusakan yang signifikan dan luasnya cakupan wilayah terdampak.
Di balik rangkaian kunjungan tersebut, perhatian publik justru terseret pada kondisi sepatu Mualem yang terlihat penuh lumpur saat menyambut Presiden. Pada akun Instagram resmi Gubernur Aceh, sejumlah warganet menyampaikan apresiasi atas kesediaan Mualem turun langsung ke lapangan dalam beberapa hari terakhir. “Bahkan dari sepatu saja, kita tau siapa yg benar2 bekerja,” tulis salah satu komentar.
Sementara itu, situasi dramatis juga dialami istri Gubernur Aceh, Marlina Muzakir atau Kak Na, yang harus menginap selama dua hari di area SPBU Panteu Breuh akibat terjebak banjir saat menyalurkan bantuan ke daerah-daerah terdampak. “Kami terpaksa menginap di SPBU karena itu lokasi yang lebih tinggi dan aman,” ujarnya. Dengan logistik menipis dan kondisi warga sekitar memprihatinkan, rombongan akhirnya berhasil keluar menggunakan mobil tangki CPO pada Jumat siang.
Di sisi lain, pemerintah pusat melalui BNPB mengungkapkan bahwa pemulihan Aceh diperkirakan menelan anggaran lebih dari Rp 25 triliun. Selain kerusakan fisik, gangguan jaringan komunikasi menjadi tantangan besar karena beberapa wilayah masih mengandalkan koneksi darurat. “Ada lima kabupaten/kota yang komunikasi publiknya masih bergantung pada internet WiFi Starlink,” kata Kepala BNPB, Suharyanto. Sejauh ini, lebih dari 37.000 rumah dan berbagai fasilitas publik dilaporkan rusak, termasuk jembatan, sekolah, dan sarana kesehatan.
Dengan tingginya tingkat kerusakan dan kompleksitas pemulihan, pemerintah menyatakan akan melakukan normalisasi secara bertahap. Upaya membangun kembali Aceh diperkirakan berlangsung panjang, namun percepatan penanganan tetap menjadi prioritas agar seluruh masyarakat dapat segera kembali menjalankan aktivitas secara normal. []
Admin04
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan