TOKYO – Pemerintah Jepang secara resmi memulai studi terkait “karbon biru” untuk menggali potensi penyerapan karbon dioksida (CO₂) melalui ekosistem laut lepas. Studi ini menjadi salah satu langkah strategis Jepang dalam menurunkan emisi gas rumah kaca guna mencapai target netral karbon pada 2050.
Seperti dilaporkan Media pada Selasa (20/5), pemerintah Jepang berharap bahwa tanaman laut dapat menjadi elemen penting dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Hal ini didasarkan pada karakteristik CO₂ yang mudah larut dalam air laut serta kemampuan vegetasi laut dalam menyerap karbon terlarut melalui proses fotosintesis.
Penelitian yang dilakukan akan memusatkan perhatian pada bagaimana ekosistem laut, seperti padang lamun, hutan bakau, dan alga laut, dapat berperan sebagai penyerap karbon alami. Pemerintah Jepang menilai bahwa jika dikelola secara berkelanjutan dan berdasarkan pendekatan ilmiah, ekosistem pesisir dan laut memiliki potensi besar dalam mengurangi jumlah emisi karbon yang terlepas ke atmosfer.
Karbon biru, sebagaimana disebutkan dalam studi tersebut, merujuk pada karbon yang tersimpan di laut setelah diserap oleh ekosistem laut melalui proses fotosintesis. Berbeda dengan karbon hijau yang merujuk pada penyimpanan karbon dalam ekosistem darat seperti hutan, karbon biru menyasar kawasan perairan yang selama ini belum dioptimalkan dalam kebijakan iklim global.
Untuk pelaksanaan studi ini, Kementerian Lingkungan Hidup Jepang akan menugaskan sejumlah lembaga, termasuk Badan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kelautan-Bumi Jepang serta perusahaan minyak besar Eneos Corp. Lembaga-lembaga ini akan mengkaji bagaimana perilaku rumput laut ketika ditanam atau terendam pada kedalaman laut tertentu, sebagaimana diungkap oleh sumber yang mengetahui proyek tersebut.
Selain itu, para peneliti juga ditugaskan untuk melakukan penilaian dampak lingkungan yang mungkin ditimbulkan dari proyek penangkapan dan penyimpanan karbon tersebut. Pemerintah menekankan bahwa studi ini tidak hanya difokuskan pada potensi penyerapan karbon, tetapi juga memastikan bahwa upaya mitigasi tidak menimbulkan efek merugikan bagi keseimbangan ekosistem laut secara keseluruhan.
Langkah Jepang dalam menjajaki potensi karbon biru menjadi salah satu inisiatif yang mencerminkan pendekatan multidimensi dalam menghadapi krisis iklim. Selain teknologi industri, Jepang juga berupaya menggali solusi berbasis alam yang lebih lestari. Jika hasil studi ini menunjukkan dampak positif, bukan tidak mungkin pendekatan serupa akan menjadi contoh bagi negara-negara lain yang memiliki garis pantai luas dan potensi ekosistem laut yang besar. []
Redaksi11