Pemerintah Peru Gagal Redam Kekacauan

LIMA– Pemerintah Peru menetapkan keadaan darurat di ibu kota setelah demonstrasi ricuh yang dipimpin kaum muda atau Gen Z berlarut-larut, menimbulkan pertanyaan serius tentang kemampuan negara dalam melindungi warganya.

Jumat (17/10/2025), rentetan demonstrasi itu telah berlangsung sejak akhir September 2025. Protes muncul setelah pemerintah mantan Presiden Dina Boluarte mengesahkan undang-undang yang mewajibkan kaum muda menyetor ke dana pensiun swasta, sementara sebagian besar warga menghadapi ketidakamanan kerja dengan lebih dari 70 persen pekerjaan tidak resmi di Peru.

Aksi-aksi protes juga meningkat selama enam bulan terakhir akibat gelombang pemerasan dan pembunuhan oleh kelompok kriminal terorganisir, menyoroti kegagalan pemerintah Boluarte menegakkan hukum.

Pada Kamis (09/10/2025), anggota parlemen memutuskan untuk memakzulkan Boluarte dalam sidang darurat, karena dinilai gagal menahan gelombang kriminalitas. Boluarte, yang menolak hadir, dikenal sebagai salah satu pemimpin paling tidak populer di dunia dengan tingkat penerimaan publik hanya 2-4 persen. Ia juga dituduh memperkaya diri secara ilegal dan bertanggung jawab atas penindakan mematikan terhadap demonstran.

Mayoritas anggota parlemen, 118 dari 122, mendukung pemakzulannya, dan Ketua Kongres Jose Jeri dilantik sebagai Presiden baru Peru pada Jumat (10/10/2025. Meski demikian, pergantian kepemimpinan tak mampu meredam kemarahan warga.

Demonstrasi terus berlanjut di Lima pada Rabu (15/10/2025), memprotes maraknya kejahatan yang tak tertangani pemerintah. Ribuan warga, terutama kaum muda, turun ke jalanan, frustrasi dengan kegagalan Presiden Jeri menahan laju kriminalitas.

Laporan kantor Ombudsman Peru menyebut 102 orang mengalami luka-luka akibat bentrokan, termasuk 24 warga sipil dan 78 polisi. Demonstran berupaya menerobos pagar pembatas di gedung Kongres dan melempar batu serta menyalakan kembang api, sementara aparat merespons dengan gas air mata.

Presiden Jeri menyatakan satu warga tewas, rapper Eduardo Ruiz Sanz (32), namun tak merinci penyebab kematiannya. Koordinator Hak Asasi Manusia Nasional menyebut korban tewas akibat tembakan polisi berpakaian preman. Jeri menegaskan unjuk rasa damai telah disusupi kelompok kriminal, sementara dirinya berjanji “perang” terhadap kejahatan terorganisir, termasuk geng Los Pulpos dan Tren de Aragua dari Venezuela.

Menghadapi eskalasi, pemerintah Peru menetapkan keadaan darurat di Metropolitan Lima. Kepala kabinet Ernesto Alvarez menyatakan keputusan itu untuk menjaga ketertiban. Kepala Kepolisian Jenderal Oscar Arriola menegaskan seorang polisi yang menembak Ruiz telah ditahan dan akan diberhentikan.

Ruiz menjadi korban tewas pertama dari unjuk rasa yang dipimpin Gen Z, sementara ratusan orang lainnya luka-luka. Insiden ini menegaskan bahwa ketidakmampuan pemerintah menanggulangi kejahatan dan merespons aspirasi masyarakat justru memperparah krisis sosial di Peru. []

Admin03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com