WASHINGTON DC – Pasukan khusus Amerika Serikat kembali menjalankan operasi militer berskala tinggi di wilayah konflik. Pada Jumat (25/07/2025), militer AS melancarkan serangan darat di barat laut Suriah dan menewaskan seorang pemimpin senior kelompok The Islamic State (ISIS) beserta dua orang putranya. Operasi tersebut menjadi langkah lanjutan Washington dalam upaya mencegah kebangkitan sel-sel teroris di kawasan.
Mengutip laporan The New York Times, Komando Pusat Pentagon menyatakan bahwa operasi yang dilakukan di wilayah Aleppo berhasil menewaskan Dhiya’ Zawba Muslih al-Hardani dan dua anak laki-lakinya yang telah dewasa. Serangan ini dikonfirmasi sebagai misi darat yang melibatkan satuan Operasi Khusus dan didukung oleh pesawat tempur serta drone pengintai.
Militer AS memberikan keterangan terbatas mengenai jalannya operasi. Namun, serangan semacam ini dinilai lebih berisiko dibandingkan serangan udara karena melibatkan langsung kehadiran pasukan di medan tempur. Biasanya, target misi darat dianggap memiliki nilai strategis tinggi, baik secara personel maupun informasi.
“Individu-individu ISIS ini merupakan ancaman bagi pasukan AS dan koalisi serta pemerintahan baru Suriah,” demikian pernyataan resmi Komando Pusat. Dalam operasi tersebut, militer menyatakan bahwa tiga perempuan dan tiga anak yang berada di lokasi tidak mengalami luka apa pun. Tidak ada korban dari pihak Amerika Serikat, menurut keterangan seorang pejabat Pentagon.
Operasi ini berlangsung hanya beberapa pekan setelah Presiden Donald Trump menandatangani keputusan eksekutif yang mencabut sebagian besar sanksi ekonomi terhadap Suriah. Kebijakan tersebut dianggap sebagai sinyal terbuka dukungan Amerika terhadap pemerintahan baru di Damaskus, meskipun kontroversi masih menyelimuti latar belakang para pemimpinnya.
Kunjungan Presiden Trump ke Arab Saudi pada Mei lalu menjadi momen penting yang menandai perubahan arah kebijakan luar negeri AS terhadap Suriah. Dalam pertemuan dengan Presiden Ahmed al-Shara — tokoh yang sebelumnya memimpin kelompok pemberontak yang oleh AS pernah dikategorikan sebagai organisasi teroris — Trump menyatakan keyakinannya terhadap masa depan Suriah.
Trump menyebut al-Shara “muda, menarik”, dan “tangguh”, serta menyampaikan bahwa Suriah pantas diberi “kesempatan” untuk bangkit dari puing-puing perang yang telah berlangsung sejak 2011.
Di sisi lain, analis keamanan dari Soufan Group, Colin P. Clarke, menyampaikan bahwa publikasi serangan ini mungkin bertujuan untuk menunjukkan kepada masyarakat internasional adanya kerja sama antara AS, Turki, dan pemerintah Suriah dalam memerangi ISIS.
Jenderal Michael E. Kurilla, yang memimpin operasi militer AS di kawasan Timur Tengah, menegaskan komitmen AS dalam perang melawan terorisme. “Komando Pusat AS berkomitmen untuk mengalahkan teroris ISIS yang mengancam kawasan, sekutu kami, dan tanah air kami,” ujarnya dalam pernyataan resmi.[]
Admin05
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan