Langkah cepat diambil Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara dalam merespons bencana alam banjir dan tanah longsor yang melanda wilayah perbatasan. Rabu (4 Juni 2025), Penjabat Sekretaris Daerah Provinsi Kaltara, Dr. Bustan, SE., M.Si., turun langsung ke lapangan meninjau kondisi di Posko Tanggap Darurat Desa Atap, Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan.
Kunjungan tersebut bertujuan untuk memastikan penyaluran bantuan berjalan efektif sekaligus memberikan semangat kepada warga yang terdampak. Pemerintah provinsi menyerahkan bantuan logistik berupa 1.000 kardus mie instan, delapan unit mesin pompa air lengkap dengan perlengkapannya, serta sejumlah paket kebutuhan pokok untuk wilayah terdampak.
“Bantuan ini merupakan bentuk kepedulian dan respon cepat dari Pemerintah Provinsi Kaltara terhadap kondisi masyarakat di wilayah terdampak. Kami berharap bantuan ini dapat meringankan beban warga serta mendukung operasional posko tanggap darurat,” ujar Dr. Bustan.
Kehadiran Dr. Bustan bertepatan dengan hari ke-13 status tanggap darurat bencana yang ditetapkan Pemerintah Kabupaten Nunukan. Status ini tertuang dalam Surat Keputusan Bupati Nunukan Nomor 333 Tahun 2025 dan berlaku sejak 23 Mei hingga 5 Juni 2025.
Sebanyak sembilan kecamatan tercatat sebagai wilayah terdampak, yakni Sembakung, Sembakung Atulai, Lumbis, Sebuku, Krayan, Krayan Timur, Krayan Barat, Krayan Tengah, dan Krayan Selatan. Pemerintah daerah, bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nunukan, terus memantau perkembangan situasi di lapangan.
Menurut Hasanudin, Kepala Subbidang Penyelamatan BPBD Nunukan, debit air Sungai Sembakung di Desa Atap mulai menunjukkan penurunan signifikan.
“Pemantauan terakhir pagi ini pukul 07.00 Wita, ketinggian air Sungai Sembakung di Desa Atap sudah jauh surut dan tidak terukur di tiang ukur TMA,” ungkapnya.
Sementara itu, cuaca di sekitar lokasi bencana terpantau stabil. Berdasarkan data Info BMKG, suhu udara tercatat 32°C, kelembapan 69 persen, dan kecepatan angin 5,3 km/jam dari arah tenggara.
Seiring membaiknya kondisi lingkungan, aktivitas warga pun mulai kembali normal. Proses belajar mengajar yang sempat terhenti akibat banjir kini sudah berjalan kembali di beberapa sekolah.
“Sejak Senin, 2 Juni 2025, sekolah-sekolah di Desa Atap seperti SDN 01 dan SDN 02 sudah mulai aktif kembali. Ini menandakan kondisi perlahan membaik,” pungkas Hasanudin. []