TARAKAN – Di balik geliat pembangunan di Pulau Tarakan, ada ancaman yang tak kasatmata: potensi gempa bumi besar hingga magnitudo 7,0. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Tarakan kembali mengingatkan, sesar aktif di sekitar pulau ini masih menyimpan energi besar yang sewaktu-waktu dapat terlepas.
“Sejak tahun 2021 kita sudah menyampaikan bahwa yang namanya gempa di Tarakan itu ya memang ada potensi. Potensi itu artinya, katakanlah potensi 7.0, ya ada kemungkinan kekuatan terbesarnya bisa mencapai 7.0 magnitudo. Namun bukan berarti setiap gempa akan selalu 7.0 magnitudo, bisa di bawahnya. Itu potensi namanya, jadi kekuatan maksimal yang disimpan itu 7.0 magnitudo,” terang Kepala BMKG Tarakan, Muhammad Sulam Khilmi, Selasa (11/11/2025).
Khilmi menekankan, gempa bumi tidak dapat diprediksi baik dari segi waktu maupun kekuatannya. “Kalau gempa bumi nggak bisa diprediksi, tapi potensinya bisa dikenali dengan keberadaan patahan. Nah itu ya, dan juga merujuk kepada historisnya Tarakan pernah gempa,” ujarnya.
Ia menegaskan, istilah “prediksi” lebih tepat digunakan untuk fenomena cuaca ketimbang gempa bumi. “Prediksi digunakan lebih kepada cuaca, misalnya hujan dengan intensitas sekian, kecepatan angin, gelombang, dan lain sebagainya. Selain itu, prediksi juga dapat digunakan untuk pertandingan olahraga. Prediksi yang biasa saya sering dengar sekor sepak bola,” katanya sambil berkelakar.
Namun di balik kelakar itu, tersirat pesan serius. Tarakan berdiri di atas sesar aktif yang terus mengumpulkan energi. “Makanya dia mengumpulkan energi itu lama, bisa 10 tahun. Kalau merujuk gempa yang 2015 berarti sudah 10 tahun. Tapi kalau merujuk tahun 1923 ya 100 tahun kan begitu. Jadi ya intinya memang kebanyakan masyarakat hanya membaca judul berita saja, sehingga terkadang salah mengartikan informasi secara keseluruhan,” jelas Khilmi.
Peringatan ini seharusnya menjadi sinyal kuat bagi pemerintah daerah. Potensi bencana bukan sekadar informasi teknis, tetapi alarm agar mitigasi benar-benar dipersiapkan. BMKG menilai, kesadaran masyarakat dan kesiapsiagaan pemerintah masih belum seimbang dengan potensi ancaman yang ada.
Selain gempa, Khilmi juga menjelaskan soal potensi tsunami. Tidak semua gempa besar akan menimbulkan gelombang dahsyat itu. “Ada beberapa syarat yang harus terpenuhi, seperti kekuatan gempa minimal 7,0 magnitudo, pusat gempa berada di laut dangkal, serta adanya sifat patahan tertentu,” paparnya.
“Jadi tidak serta-merta jadi tsunami. Meskipun kekuatan gempanya 5.0 atau 6.0 magnitudo, tetap bisa merusak juga. Sehingga ini juga patut untuk diwaspadai. Makanya perlu kita edukasi mitigasi gempa bumi,” pungkasnya.
Kini, dengan jejak sejarah gempa yang pernah mengguncang Tarakan, peringatan BMKG semestinya tak lagi dianggap angin lalu. Sebab, bencana bukan soal jika, melainkan kapan. []
Fajar Hidayat
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan