BERAU – Pemerintah Kampung Suaran, Kecamatan Sambaliung, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, mulai menunjukkan langkah nyata dalam memanfaatkan kompensasi dana karbon yang mereka terima. Tidak hanya dipakai untuk pembangunan fisik kampung, dana tersebut juga diarahkan untuk mendukung kesejahteraan kelompok petambak udang windu.
Kepala Kampung Suaran, Arief Sugiarto, menjelaskan pihaknya menyalurkan Rp150 juta kepada kelompok petambak. Dana ini berasal dari Forest Carbon Partnership Facility (FCPF) yang masuk ke kas kampung melalui mekanisme dana desa. “Kami mendapatkan dana dari FCPF. Dana itu kami gunakan untuk kegiatan kelompok petambak Rp 150 juta. Baru minggu lalu kami salurkan ke petambak di Suaran,” ujarnya saat pertemuan pembahasan program Somacore bersama Dinas Perikanan Kabupaten Berau, Kamis (11/09/2025).
Menurut Arief, langkah ini diambil untuk memperkuat produksi udang windu di wilayahnya melalui pengadaan sarana dan prasarana budidaya. Ia menegaskan, dukungan kepada petambak merupakan wujud komitmen pemerintah kampung dalam mendorong kesejahteraan masyarakat sekaligus melanjutkan program ramah lingkungan yang sudah ada.
Arief menyebut, gagasan tersebut terinspirasi dari tambak shrimp-carbon aquaculture (Secure), yakni model tambak ramah lingkungan yang digagas Dinas Perikanan Berau bersama Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN). “Kegiatan ini merupakan bentuk komitmen Pemerintah Kampung untuk mensejahterakan petambak dan melanjutkan kegiatan teman-teman YKAN dan Blue Forest yang sudah mendukung kami melalui program Secure di Suaran,” jelasnya.
Tambak Secure dikenal sebagai inovasi yang menyinergikan budidaya udang windu dengan restorasi ekosistem mangrove. Dengan metode ini, para petambak tidak hanya meningkatkan kualitas produksi, tetapi juga ikut menjaga lingkungan sekitar.
Langkah Pemerintah Kampung Suaran diapresiasi oleh Sekretaris Dinas Perikanan Berau, Yunda Juliarsih, yang hadir dalam pertemuan tersebut. Menurutnya, kebijakan kampung ini bisa menjadi inspirasi bagi daerah lain di Berau. “Ini bentuk kolaborasi yang baik antara Pemkab Berau, Pemerintah Kampung, dan teman-teman mitra pembangunan. Kami dari Dinas Perikanan selalu menekankan pentingnya kolaborasi para pihak dalam upaya meningkatkan produksi perikanan yang berkelanjutan,” kata Yunda.
Ia menambahkan, program Secure merupakan terobosan penting karena mampu menjembatani kepentingan produksi dengan upaya konservasi. Melalui sekolah lapang, para petambak dapat belajar langsung di lahan tambak mengenai cara budidaya yang ramah lingkungan tanpa harus mengurangi hasil panen.
Selain Secure, kegiatan ini juga bagian dari program Somacore (Solutions for Marine and Coastal Resilience in the Coral Triangle) yang dijalankan di Berau. Direktur Kebijakan Kelautan YKAN, Muhammad Imran Amin, menuturkan program tersebut mendapat dukungan pendanaan dari International Climate Initiative (IKI) Pemerintah Jerman. “Somacore mendukung pemerintah Indonesia dalam memperkuat ketahanan wilayah pesisir dan laut, dan melestarikan sumber penghidupan masyarakat di kawasan segitiga terumbu karang dunia. Salah satunya di Berau, Kalimantan Timur yang merupakan jantung bentang alam laut Sulu Sulawesi,” ungkapnya.
Somacore merupakan hasil kerja sama berbagai pihak, mulai dari GIZ (Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI, hingga Coral Triangle Initiative-Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF).
Melalui kombinasi Secure dan Somacore, para petambak di Berau diharapkan mampu menjalankan usaha yang berkelanjutan. Dengan cara ini, kawasan pesisir tidak hanya berfungsi sebagai pusat produksi, tetapi juga menjadi benteng alami bagi lingkungan.
Keterlibatan kampung dalam mendukung program berbasis konservasi sekaligus ekonomi masyarakat juga membuktikan bahwa dana karbon dapat dikelola dengan tepat sasaran. Selain memberi manfaat langsung kepada petambak, kebijakan ini juga memperkuat posisi Berau dalam percaturan global terkait perdagangan karbon biru.
Ke depan, Pemerintah Kampung Suaran berharap langkah ini dapat menular ke kampung-kampung lain di Kabupaten Berau. Dengan semakin banyak kampung yang mendukung program berbasis karbon dan konservasi, maka potensi perikanan daerah akan tumbuh tanpa mengorbankan kelestarian alam.
Arief menegaskan bahwa pihaknya akan terus mendorong sinergi dengan berbagai mitra pembangunan agar manfaat dana karbon dapat dirasakan secara merata oleh masyarakat. “Kami ingin dana ini benar-benar membawa perubahan nyata, tidak hanya bagi produksi udang windu, tetapi juga untuk menjaga lingkungan yang menjadi tumpuan hidup kita semua,” pungkasnya. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan