KOLOMBIA — Ketegangan diplomatik antara Kolombia dan Amerika Serikat (AS) meningkat setelah Presiden Kolombia Gustavo Petro menuduh Washington melanggar kedaulatan negaranya serta menyebabkan tewasnya seorang nelayan sipil di perairan Karibia.
Tuduhan itu muncul pada Sabtu (18/10/2025), tidak lama setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan pasukannya melakukan serangan militer dalam operasi yang disebut sebagai bagian dari “kampanye pemberantasan narkoba teroris.
Trump mengklaim operasi tersebut ditujukan untuk menekan arus perdagangan narkotika dari Amerika Latin menuju AS. Namun, pemerintahan Petro menilai aksi itu melampaui batas hukum internasional dan menimbulkan korban sipil yang tidak terkait dengan kegiatan kriminal.
“Pejabat pemerintah AS telah melakukan pembunuhan dan melanggar kedaulatan kami di perairan teritorial kami. Nelayan Alejandro Carranza tidak memiliki hubungan dengan pengedar narkoba dan aktivitas sehari-harinya adalah menangkap ikan,” kata Petro melalui unggahan di platform X.
Menurut laporan resmi Kolombia, Carranza tewas ketika kapalnya diserang pasukan AS pada September lalu saat sedang melaut di kawasan Karibia. Bukti berupa rekaman video yang dibagikan keluarga korban memperlihatkan kondisi kapal yang rusak parah akibat serangan tersebut.
Para pakar hukum internasional menyebut tindakan semacam itu bisa dikategorikan ilegal, bahkan bila targetnya adalah jaringan narkotika.
“Kapal Kolombia itu terombang-ambing dan sinyal marabahaya menyala,” ujar Petro lagi. “Kami menunggu penjelasan dari pemerintah AS.”
Sementara itu, Trump melalui media sosial Truth Social menegaskan operasi militer itu berhasil menggagalkan penyelundupan besar-besaran fentanil menggunakan kapal selam rakitan.
“Merupakan kehormatan besar bagi saya untuk menghancurkan kapal selam pembawa narkoba yang sangat besar yang sedang berlayar menuju Amerika Serikat melalui rute transit perdagangan narkoba yang terkenal,” tulis Trump.
“Dua teroris tewas. Dua teroris yang selamat sedang dipulangkan ke negara asal mereka, Ekuador dan Kolombia, untuk ditahan dan diadili.”
Petro membenarkan bahwa tersangka asal Kolombia telah dipulangkan dan kini berada dalam pengawasan hukum negaranya.
“Kami senang dia masih hidup dan akan dituntut sesuai hukum,” ujar Petro di X.
Kementerian Dalam Negeri Kolombia mengonfirmasi kondisi tersangka tersebut cukup kritis saat dikirim dari AS.
“Dia tiba dengan trauma otak, dibius, diberi obat bius, dan bernapas dengan ventilator,” ungkap Menteri Dalam Negeri Armando Benedetti.
Menurut laporan media Kolombia, setidaknya enam kapal sebagian besar speedboat telah menjadi sasaran operasi militer AS di kawasan Karibia sejak September lalu. Beberapa di antaranya diduga berasal dari Venezuela.
Hingga kini, Washington belum menjelaskan secara rinci lokasi awal keberangkatan kapal selam yang dihancurkan dalam serangan terbaru itu. Kapal semi-submersible yang biasa digunakan untuk mengangkut kokain dari Kolombia ke Amerika Tengah atau Meksiko memang kerap menjadi target operasi antinarkoba AS selama bertahun-tahun.
Pemerintahan Petro sebelumnya telah berulang kali mengkritik pendekatan militer AS yang dianggap tidak menghormati hukum internasional. Bulan lalu, Petro bahkan menyerukan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) agar membuka penyelidikan pidana terhadap Trump terkait aksi militer di wilayah Amerika Latin. []
Fajar ahidayat
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan