TANAHBUMBU – Kepastian mengenai identitas seluruh korban jatuhnya helikopter di Kabupaten Tanahbumbu, Kalimantan Selatan, akhirnya terjawab setelah tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Kalimantan Selatan menyelesaikan proses panjang identifikasi. Seluruh delapan korban kini sudah diketahui identitasnya, memberikan kepastian bagi pihak keluarga yang selama ini menanti.
Dua jenazah terakhir yang sebelumnya belum teridentifikasi dipastikan adalah pilot Haryanto, warga Batam, Kepulauan Riau, serta Andys Rissa Pasulu, warga Balikpapan, Kalimantan Timur. Keduanya berhasil dikenali melalui tes DNA yang dilakukan di Pusdokkes Polri.
“Jenazah terakhir yang berhasil kami identifikasi yaitu ARP, laki-laki, 45 tahun, warga Balikpapan, Kalimantan Timur, yang merupakan penumpang. Satu lagi adalah HT, 43 tahun, warga Batam, Kepulauan Riau, selaku pilot helikopter,” kata Kabid Dokkes Polda Kalsel Kombes Muhammad El Yandiko dalam konferensi pers di Aula Rumah Sakit Bhayangkara Banjarmasin, Sabtu (13/09/2025). Ia menambahkan, “Alhamdulillah, total delapan jenazah korban heli yang jatuh sudah berhasil diidentifikasi sesuai dengan manifest penumpang.”
Sebelumnya, proses identifikasi dilakukan bertahap. Pada Sabtu (06/09/2025), tim DVI mengumumkan tiga korban pertama yang diketahui adalah warga negara asing, yakni Mark Werren (68) asal Australia, Claudine Pereira Quito (57) dari Brasil, serta Santha Kumar Prabhakaran (56) dari India. Ketiganya dikenali melalui catatan medis, rekam gigi, serta properti pribadi.
Malam berikutnya, Minggu (07/09/2025), tim kembali mengumumkan identitas tiga korban lainnya, yaitu Iboy Irfan Rosa dari Kuantan Singingi, Riau; teknisi helikopter Hendra Darmawan asal Luwu, Sulawesi Selatan; serta Yudi Febrian Rahman dari Pekanbaru, Riau.
Dengan tambahan dua nama terakhir, maka seluruh korban yang berjumlah delapan orang resmi teridentifikasi. Yandiko menjelaskan bahwa proses panjang, khususnya pada dua korban terakhir, disebabkan oleh kondisi jasad yang tidak memungkinkan untuk dikenali secara visual. “Kami harus berhati-hati, jangan sampai salah menyerahkan jenazah ke keluarga. Identifikasi DNA memang membutuhkan waktu karena harus benar-benar valid,” tegasnya.
Kini, keluarga korban dapat membawa pulang jenazah untuk dimakamkan sesuai tradisi masing-masing. Dengan demikian, operasi identifikasi resmi ditutup oleh tim DVI Polda Kalsel. Sementara itu, penyelidikan penyebab jatuhnya helikopter masih menjadi kewenangan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). “Untuk penyebab kecelakaan sendiri, ranahnya ada di Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT),” jelas Yandiko.
Tragedi helikopter ini bermula pada Senin (01/09/2025) pukul 08.54 Wita, saat heli dilaporkan hilang kontak di langit Kecamatan Mantewe, Tanahbumbu. Pesawat itu baru saja lepas landas dari Bandara Gusti Sjamsir Alam (GSA) Kotabaru dengan tujuan Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Berdasarkan jadwal, heli diperkirakan tiba sekitar pukul 10.15 WIB. Namun, empat menit setelah lepas landas, sinyal hilang dan komunikasi terputus.
Pencarian besar-besaran pun segera dilakukan. Setelah tiga hari, pada Rabu (3/9) sore, bangkai helikopter ditemukan di hutan Desa Emil, Kecamatan Mantewe. Dari hasil evakuasi, tujuh penumpang ditemukan meninggal dunia di dalam badan helikopter yang hangus terbakar, sementara satu jenazah ditemukan sekitar 100 meter dari lokasi bangkai.
Kini, dengan tuntasnya proses identifikasi, keluarga korban tidak lagi menunggu dalam ketidakpastian. Meski duka mendalam masih menyelimuti, kepastian identitas para korban memberi ruang untuk proses pemakaman yang layak. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan