PPU Tunjukkan Mudyatomics lewat MBG Mandiri

PENAJAM PASER UTARA — Di tengah kebijakan efisiensi anggaran nasional saat ini, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) justru menempuh arah berbeda yang patut diapresiasi. Bupati Mudyat Noor menghadirkan strategi inovatif yang dikenal sebagai “Mudyatomics”, sebuah konsep pembangunan berbasis efisiensi cerdas, kemandirian, dan pemberdayaan ekonomi rakyat.

Salah satu bukti nyata dari strategi ini adalah peluncuran Program Makan Bergizi Gratis (MBG) Mandiri, yang dirancang untuk memperkuat sumber daya manusia (SDM) sejak usia dini sekaligus menggerakkan ekonomi lokal di seluruh kecamatan PPU. Program ini berjalan seiring dengan arah kebijakan nasional, mendukung delapan prioritas Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2025, khususnya penguatan SDM dan pembangunan dari bawah.

“Inilah cara kami melengkapi kebijakan nasional dengan pendekatan daerah. Kita tidak menunggu bantuan, tapi bergerak mandiri,” ujar Bupati Mudyat Noor, Selasa (21/10/2025).

Bupati PPU, Mudyat Noor

Program MBG Mandiri dikelola secara otonom menggunakan APBD PPU, dengan dukungan Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora), serta komite sekolah dan kantin sebagai pelaksana utama. Penyediaan menu dilakukan langsung di lingkungan sekolah, berbeda dengan program MBG yang dikelola Badan Gizi Nasional (BGN) melalui Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).

Selama 28 hari masa uji coba, program ini memastikan kualitas gizi anak tetap terjaga sekaligus menggerakkan rantai ekonomi di sekitar sekolah. Setiap porsi disubsidi Rp12.000, dengan rincian Rp10.000 untuk bahan makanan bergizi dan Rp2.000 untuk pajak. Meski sederhana, program ini mampu menggerakkan banyak pihak — mulai dari petani lokal, pedagang pasar, hingga tenaga dapur sekolah.

“Program ini tidak hanya soal gizi, tapi juga ekonomi. Uang yang berputar tidak lari ke kontraktor besar, tapi ke warung kecil, pasar lokal, dan dapur masyarakat,” jelas Mudyat Noor.

Program MBG Mandiri kini menyentuh 157 PAUD/TK, 108 SD, dan 36 SMP di empat kecamatan: Penajam, Waru, Babulu, dan Sepaku. Dari jumlah itu, 27 sekolah sudah diakomodir oleh program nasional BGN, sedangkan sisanya dijalankan mandiri oleh Pemkab PPU. Komite sekolah mengatur pengadaan bahan baku dari pasar setempat, sementara kantin sekolah menjadi pusat distribusi makanan bergizi. Hasilnya, aktivitas ekonomi baru tumbuh di sekitar sekolah, ladang petani kembali produktif, pedagang kecil ramai pembeli, dan dapur sekolah berdenyut dengan semangat gotong royong.

Masyarakat PPU menyebut fenomena ini sebagai “Mudyatomics Effect”: ekonomi rakyat bergerak, anak-anak sehat bergizi, dan optimisme tumbuh kembali. Bupati Mudyat Noor menilai strategi ini sebagai bentuk konkret penerjemahan prioritas nasional ke dalam konteks lokal.

“Pembangunan tidak harus dimulai dari proyek besar. Cukup dari piring anak-anak sekolah, kalau gizi dan semangat mereka tumbuh, maka masa depan daerah ikut tumbuh,” ujarnya.

Selain memperkuat gizi dan pendidikan, program ini menciptakan ekosistem ekonomi mikro yang mandiri, membuktikan bahwa efisiensi bukan hambatan, melainkan ruang untuk berinovasi. Dengan komunikasi intensif bersama kementerian terkait seperti Kemenkeu, Kemendikbudristek, dan Kemenkes, Mudyat Noor memastikan setiap langkah daerah tetap sinkron dengan kebijakan pusat, namun dengan solusi lokal yang kuat.

Kini, “Mudyatomics Effect” hidup di dapur sekolah, di ladang petani, di pasar tradisional, dan di hati masyarakat yang kembali percaya bahwa pembangunan bisa berjalan di tengah gelombang efisiensi.

“Inilah semangat Benuo Taka mandiri, tangguh, dan terus berinovasi. Mudyatomics membuktikan bahwa keterbatasan bukan penghalang, tapi pintu menuju kemandirian,” tutup Bupati Mudyat Noor. []

Penulis: Subur Priono| Penyunting: Rasidah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com