INDIA – Sebanyak 21 anak meninggal dunia akibat mengonsumsi sirup obat batuk beracun di India. Mayoritas korban merupakan balita di bawah lima tahun, menurut laporan otoritas India yang dikutip AFP.
Kasus kematian terbanyak terjadi di negara bagian Madhya Pradesh selama sebulan terakhir. Sirup obat batuk diduga mengandung zat beracun yang sangat berbahaya, menimbulkan pertanyaan serius mengenai pengawasan kualitas produk farmasi di negara produsen obat terbesar dunia ini.
Sirup Coldriff, yang diproduksi oleh perusahaan Sresan Pharma di Tamil Nadu, India bagian selatan, menjadi sorotan global karena kasus kematian anak akibat produk serupa pernah terjadi sebelumnya. Pada 2022, sebanyak 70 anak di Gambia meninggal akibat gagal ginjal setelah mengonsumsi sirup produksi India, sementara di Uzbekistan korban mencapai 68 orang pada 2022–2023.
Kasus fatal ini memunculkan kritik tajam terhadap industri farmasi India dan aparat pengawas obat. Produk yang diduga mengandung dietilen glikol (DEG) zat beracun yang biasanya digunakan sebagai pelarut industri seharusnya tidak boleh masuk pasar obat untuk konsumsi anak-anak.
Akibat kasus ini, salah satu pemilik perusahaan, G Ranganathan, ditangkap pada Kamis (09/10/2025) dan didakwa atas pembunuhan berencana, sementara aspek pemalsuan obat-obatan masih diselidiki. Pemerintah negara bagian Madhya Pradesh telah melarang peredaran produk tersebut.
Sejumlah media India melaporkan bahwa WHO meminta klarifikasi kepada pemerintah India mengenai apakah obat batuk tersebut termasuk dalam produk ekspor ke luar negeri. Hal ini menambah sorotan internasional atas kelalaian produsen dan regulasi di India.
Para kritikus menilai kejadian ini menimbulkan pertanyaan serius tentang standar keamanan obat, tanggung jawab produsen, dan efektivitas pengawasan pemerintah. Dengan kasus berulang, reputasi India sebagai produsen farmasi utama dunia dipertaruhkan, sementara nyawa anak-anak menjadi korban dari kelalaian sistemik. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan