NUSA TENGGARA TIMUR – Jumlah siswa sekolah dasar di Soe, ibu kota Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT), yang mengalami keracunan makan bergizi gratis (MBG) terus bertambah, kini mencapai 331 orang.
“Sebanyak 331 orang ini dirawat di empat posko KLB keracunan MBG,” kata Kapolres TTS, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Hendra Dorizen, Jumat (03/10/2025) malam.
Hendra merinci, dari 331 siswa tersebut, sebanyak 154 orang dirawat di Posko Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Soe, 15 orang di Posko Polres TTS, 152 orang di Posko SD GMIT, dan 10 orang di Posko Puskesmas Kota. Setelah mendapatkan perawatan, sebagian siswa telah dipulangkan, sementara sisanya masih menjalani perawatan medis.
“Total keseluruhan yang mengalami keracunan sebanyak 331 orang. Yang sudah mendapat penanganan dan pulang ke rumah sebanyak 273 orang, sedangkan yang masih mendapat perawatan di posko-posko sebanyak 58 orang,” ujarnya.
Ratusan siswa yang terdampak berasal dari empat SD dan satu TK, yakni SD Inpres Oenasi, SD Advent, SD GMIT 2 Soe, SD Inpres Soe, dan TK Oenasi. Pihak Polres hingga kini masih membantu penanganan siswa yang keracunan MBG.
Sebelumnya diberitakan, sejumlah siswa SD di Soe dirawat di RSUD Soe setelah mengonsumsi hidangan dari dapur umum Program Makan Bergizi Gratis (MBG) pada Jumat (03/10/2025). Gejala awal yang muncul meliputi mual, muntah, dan tubuh terasa lemas. Orangtua yang mengetahui kondisi anak-anak mereka segera membawa mereka ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan medis.
Pihak sekolah dan petugas kesehatan ikut membantu evakuasi siswa ke RSUD Soe. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten TTS, Yerry Nakamnanu, membenarkan kejadian tersebut.
“Data sementara cuma satu sekolah (mengalami keracunan MBG),” kata Yerry. Ia menambahkan bahwa pihaknya tidak menjelaskan secara rinci karena sedang berada di luar daerah.
Kejadian ini memunculkan pertanyaan serius mengenai pengawasan dan keamanan pangan dalam program MBG. Program yang seharusnya mendukung kesehatan anak-anak justru menimbulkan risiko keracunan massal. Hal ini menunjukkan perlunya evaluasi ketat terhadap pengelolaan makanan, standar keamanan dapur umum, dan protokol pengawasan program MBG sebelum menyentuh anak-anak sekolah. []
Admin04
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan