Program Mulia, Risiko Nyata: Dapur MBG Belum Halal & Higienis

BONTANG — Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Bontang, yang sejatinya bertujuan memastikan anak-anak sekolah mendapatkan asupan gizi seimbang, kini memicu kekhawatiran baru di kalangan orang tua.

Masalah utama yang mencuat adalah belum adanya sertifikat laik higienis sanitasi (SLHS) maupun sertifikat halal untuk seluruh dapur penyedia MBG. Dua dokumen tersebut menjadi syarat mutlak demi menjamin keamanan dan kelayakan makanan yang disajikan untuk anak-anak.

“Programnya bagus, kami dukung. Tapi soal sertifikat layak itu harusnya wajib. Bahaya kalau tidak dipenuhi,” ujar Maya Aqila Fina, salah satu orang tua murid, Jumat (10/10/2025). Maya menceritakan pengalamannya, ketika anak sekolahnya menemukan ulat di sayur MBG. “Anak itu cuma makan ayam sama nasi, tapi besoknya malah sakit,” tuturnya.

Kejadian serupa membuat guru-guru lebih waspada. Darmawati, salah satu guru SMA swasta di Bontang, mengatakan mereka rutin mengingatkan siswa agar memeriksa makanan sebelum disantap. “Kalau makanannya tidak layak, lebih baik jangan dimakan. Tapi Alhamdulillah, sejauh ini masih aman,” tambahnya.

Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Bontang, Aspianur, membenarkan bahwa belum ada dapur MBG yang mengajukan sertifikasi. Penerbitan SLHS memang berada di bawah kewenangan DPMPTSP, tetapi membutuhkan rekomendasi teknis dari Dinas Kesehatan. “Sesuai hasil rapat, kami akan segera turun langsung meninjau lima SPPG tersebut,” jelasnya.

Rahmat Fadly, orang tua lainnya, menegaskan pentingnya sertifikat halal dan higienis. “Ini wajib, apalagi kita mayoritas muslim. Dapur MBG banyak orangnya, dan tidak semua juru masaknya muslim. Jadi kepastian halal itu penting,” tegasnya. Rahmat juga meminta agar sebelum dapur beroperasi penuh, dilakukan simulasi proses pengolahan dan distribusi makanan agar kendala bisa diketahui lebih awal.

Agustina, warga lain, menyoroti seleksi penyedia dapur MBG yang dinilainya kurang ketat. “Masa program pemerintah tapi pakai dapur yang belum bersertifikat. Kesannya asal pilih, yang penting kenal. Takutnya yang masak belum terbiasa masak dalam jumlah besar. Bisa berantakan jadinya,” keluhnya.

Sertifikat halal dan SLHS bukan sekadar formalitas. Keduanya menjamin anak-anak menerima makanan yang aman, bersih, dan sesuai syariat. “Ini bukan soal birokrasi. Ini soal tanggung jawab dan kepercayaan. Kami cuma ingin anak-anak makan dengan aman dan tenang,” tutup Rahmat. []

Admin04

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com