BALIKPAPAN – Proyek pembangunan drainase dan trotoar di Jalan Ahmad Yani, Balikpapan Tengah, kembali menjadi sorotan. Meski mulai tampak bentuknya, progres pekerjaan masih terbilang lambat. Hingga akhir September 2025, realisasi fisik baru mencapai 41,83 persen dari target.
Proyek dengan anggaran sekitar Rp10 miliar ini digadang-gadang tidak hanya mengurangi potensi genangan air, tetapi juga menghadirkan wajah baru kota. Rancangan trotoar diharapkan menjadi ruang publik yang ramah, lengkap dengan lampu jalan, kursi, serta desain khas di setiap ruas.
Namun, keterlambatan pembangunan membuat masyarakat resah. Sejumlah warga mengeluhkan arus lalu lintas yang terganggu dan pengerjaan yang dinilai kurang cepat. Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Balikpapan mengakui adanya hambatan teknis. “Target kontrak sampai 31 Desember 2025, tapi kami minta selesai sebelum 22 Desember. Kontraktor sudah diminta menambah pekerja agar bisa mengejar progres,” kata Kabid SDA dan Drainase DPU Balikpapan, Jen Supriyanto, Selasa (30/09/2025).
Ia menjelaskan, keterlambatan dipicu pemindahan utilitas listrik, pipa PDAM, hingga koordinasi sosial dengan warga sekitar. Meski demikian, Jen menegaskan pembangunan ini akan memberi dampak besar. “Drainase akan mengurangi risiko banjir, dan trotoar yang representatif akan membuat kota lebih tertata,” ujarnya.
Proyek sepanjang 475 meter itu juga terkoneksi langsung dengan kawasan Gunung Pasir. Pemerintah berencana melanjutkan pembangunan tahap berikutnya pada 2026 apabila anggaran tersedia.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Balikpapan, Bagus Susetyo, menyoroti aspek kualitas pekerjaan. Saat meninjau lokasi, ia menemukan sejumlah pengerjaan tidak sesuai gambar kerja. “Kanstinnya tenggelam, padahal mestinya nongol 25 cm, ini cuma nongol 10 cm. Ini harus dibongkar lagi,” tegasnya, Senin 29 September 2025.
Bagus juga menilai ada ketidaksesuaian pada ketebalan bahu jalan. Ia menekankan pentingnya konsistensi dengan desain dan standar teknis yang sudah ditetapkan. “Jangan sampai apa yang sudah kita ikhtiarkan untuk membuat trotoar ini baik, jadinya tidak sesuai dengan harapan dan desain,” ujarnya.
Menurutnya, permasalahan muncul akibat kurangnya koordinasi antara Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), konsultan pengawas, dan kontraktor. Ia menegaskan semua pihak harus bekerja sesuai aturan agar proyek dapat diselesaikan tepat waktu.
Selain teknis, Bagus menyinggung soal penyerapan anggaran. Pemerintah pusat melalui Kementerian Keuangan disebut memantau penggunaan dana setiap hari. Karena itu, ia meminta proyek dipercepat agar alokasi APBD 2025 terserap optimal. “Kita dipantau hampir tiap hari oleh Kementerian Keuangan berapa besar penyerapan dana yang ada. Mudah-mudahan dalam sisa waktu ini kita bisa menyelesaikan anggaran yang ada di APBD 2025,” jelasnya.
Untuk mempercepat pekerjaan, Bagus mendesak kontraktor menambah jumlah tenaga. “Saat ini hanya ada 27 orang di lapangan, padahal dibutuhkan minimal 100 hingga 200 pekerja agar target tiga bulan ke depan bisa tercapai. Kalau tidak dilakukan itu, saya yakin ini tidak akan selesai,” katanya.
Meski menemukan sejumlah kekurangan, Bagus optimistis proyek drainase dan trotoar Ahmad Yani dapat dirampungkan tepat waktu. Ia menegaskan kunjungannya bukan untuk menjatuhkan sanksi, melainkan sebagai pengingat agar kontraktor bekerja sesuai spesifikasi. “Saya tidak mau nanti akhirnya malah jadi ribet dan ini jadi masalah. Kita hanya ingin mengingatkan ada spesifikasi, ada aturan yang harus dipatuhi,” pungkasnya. []
Penulis: Desy Alfy Fauzia | Penyunting: Rasidah
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan