Puluhan Siswa Muntah dan Diare Usai Makan Bergizi Gratis, Dinkes Turun Tangan

YOGYAKARTA – Sebanyak 80 siswa dari dua sekolah menengah pertama di wilayah Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, dilaporkan tidak masuk sekolah pada Jumat (01/08/2025) akibat diduga mengalami keracunan makanan. Para siswa tersebut berasal dari SMP Muhammadiyah 2 Wates dan SMP Negeri 3 Wates.

Mereka mengeluhkan sejumlah gejala, seperti mual, sakit perut, hingga diare, sehingga harus mendapatkan penanganan medis. Sebagian besar siswa menjalani rawat jalan, sementara satu orang siswa masih dirawat di puskesmas.

“Dari 80 yang terdata itu, ada satu yang masih dirawat di puskesmas. Di luar itu ada juga yang menjalani rawat jalan masing-masing 3 di Puskesmas Wates, terus 1 di Puskesmas Temon, dan 1 di Puskesmas Kokap,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kulon Progo, Arif Mustofa.

Untuk memastikan penyebab gejala yang dialami para siswa, petugas kesehatan telah mengambil sampel bahan makanan, muntahan, dan tinja siswa guna diuji lebih lanjut di Balai Laboratorium Kesehatan dan Kalibrasi (BLLK). Hasil dari uji laboratorium tersebut hingga kini masih ditunggu.

Menanggapi insiden tersebut, Bupati Kulon Progo Agung Setyawan menegaskan bahwa pemerintah daerah telah mengambil langkah cepat sesuai dengan ketentuan penanganan keadaan darurat. Pemerintah Kabupaten Kulon Progo juga memastikan bahwa seluruh biaya pengobatan siswa ditanggung oleh pemerintah.

“Sesuai aturan keadaan darurat massal, harus ditangani langsung dan kini sudah ditindaklanjuti Pemkab Kulon Progo untuk penanganannya,” kata Agung.

Sementara itu, dari pihak penyedia makanan, perwakilan SPPG Dapur Sehati Wates, Riski Fadilah, menyampaikan bahwa mereka juga masih menunggu hasil laboratorium. Menurutnya, siswa-siswa yang terdampak sebelumnya mengonsumsi makanan berupa olahan daging ayam, sayur, dan mi.

“Sementara sampai saat ini masih proses pengambilan sampel. Jadi untuk hasilnya seperti apa, kita dari mitra itu belum tahu. Terkait masalah kronologinya, kita juga belum bisa menyampaikan karena dari hasil labnya sendiri kita masih harus menunggu 14 hari,” ujar Riski.

Pemerintah daerah dan pihak terkait terus memantau kondisi para siswa yang terdampak sembari menunggu kepastian dari hasil pemeriksaan laboratorium guna menentukan langkah selanjutnya dalam mengantisipasi kejadian serupa di kemudian hari.[]

Admin05

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com