MOSKOW — Pemerintah Rusia menyatakan kesiapannya untuk mengadakan pertemuan langsung antara Presiden Vladimir Putin dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, meskipun mengakui adanya “kekecewaan timbal balik” dalam hubungan kedua negara.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Asisten Presiden Rusia, Yuri Ushakov, dalam wawancara dengan televisi pemerintah Rossiya 1 pada Kamis, 8 Mei 2025.
“Kami memahami tuntutan dan tujuan masing-masing, meski tidak semua proposal kami diterima,” ujar Ushakov, dikutip dari Anadolu, Kamis, 8 Mei 2025.
Ushakov menyebutkan bahwa Washington telah mengecewakan Moskow dalam sejumlah hal, namun ia menegaskan bahwa komunikasi bilateral antara kedua negara tetap berjalan. Menurutnya, komunikasi ini diarahkan untuk mempersiapkan pertemuan puncak antara kedua pemimpin.
Sejak Donald Trump dilantik kembali sebagai Presiden Amerika Serikat untuk masa jabatan keduanya, kedua kepala negara telah melakukan dua kali percakapan melalui sambungan telepon. Selain itu, mereka juga sempat bertemu dalam dua forum multilateral yang digelar di Arab Saudi dan Turki.
Upaya Rusia untuk menjajaki pertemuan ini dilakukan di tengah kondisi hubungan AS-Rusia yang masih penuh ketegangan. Beberapa isu utama yang menjadi sumber ketegangan antara keduanya adalah konflik yang masih berlangsung di Ukraina serta kebijakan sanksi ekonomi dari Amerika Serikat terhadap Moskow.
Meski demikian, kedua pihak tetap mempertahankan saluran komunikasi terbuka untuk membahas dialog strategis dan isu-isu internasional lainnya yang memerlukan kerja sama bilateral.
Pertemuan yang direncanakan antara Putin dan Trump dinilai akan menjadi momen penting dalam upaya menstabilkan hubungan antara Rusia dan Amerika Serikat, terutama di tengah meningkatnya ketidakpastian global.
Pertemuan terakhir antara keduanya yang berlangsung di Helsinki pada tahun 2018 sempat menuai kontroversi dan kritik luas, terutama di Amerika Serikat. Saat itu, Trump dinilai terlalu lunak terhadap Putin, sehingga menimbulkan kegelisahan di kalangan politisi dan masyarakat Amerika.
Kini, publik dan pengamat politik internasional menantikan apakah pertemuan yang akan datang dapat membawa arah baru dalam relasi dua kekuatan dunia tersebut.[]
Redaksi12