Pyongyang Gemerlap, Rakyat Gelap

PYONGYANG — Parade militer megah yang digelar di Alun-Alun Kim Il Sung pada Jumat (10/10/2025) malam menjadi ajang unjuk gigi kekuatan senjata sekaligus panggung propaganda bagi rezim Kim Jong Un. Di tengah sorak-sorai ribuan warga dan sorotan kamera dunia, Korut menampilkan rudal-rudal raksasa dan peralatan tempur canggih seolah hendak membuktikan bahwa kekuatan militer lebih penting daripada kesejahteraan rakyatnya.

Media pemerintah Korean Central News Agency (KCNA) menyebut acara itu sebagai “parade militer akbar” untuk memperingati 80 tahun kekuasaan Partai Buruh Korea. Namun di balik kemegahan dan sorotan lampu malam Pyongyang, parade ini justru memperlihatkan paradoks negara tertutup itu miskin secara ekonomi, tetapi kaya dalam pameran senjata pemusnah massal.

Dalam parade yang dihadiri pejabat tinggi Rusia dan China, Pyongyang memamerkan rudal balistik antarbenua (ICBM) terbaru, Hwasong-20, yang digadang-gadang sebagai “sistem senjata strategis nuklir terkuat.” Rezim Kim tampak berusaha menunjukkan diri sebagai sekutu penting dalam blok anti-Barat yang kini terbentuk kembali di tengah perang Ukraina.

Kehadiran Dmitry Medvedev, wakil kepala dewan keamanan Rusia sekaligus sekutu dekat Vladimir Putin, serta Perdana Menteri China Li Qiang, menjadi simbol dukungan politik terhadap Kim Jong Un. Bahkan, Sekjen Partai Komunis Vietnam To Lam turut duduk di barisan depan bersama Kim, menandai solidaritas ideologis negara-negara otoriter Asia.

“Sebuah parade militer akbar untuk merayakan ulang tahun ke-80 berdirinya Partai Buruh Korea digelar di Alun-alun Kim Il Sung pada 10 Oktober,” demikian laporan KCNA yang dikutip AFP, Sabtu (11/10/2025). Namun media tersebut tak menyebut satu pun tentang krisis pangan, keterbatasan listrik, dan penderitaan warga yang masih menjadi realitas sehari-hari di luar alun-alun megah itu.

Ribuan warga Pyongyang berbaris dengan pakaian tradisional berwarna-warni, melambaikan bendera nasional dan bersorak menyambut barisan tank serta rudal yang melintas. Namun di balik sorak itu, banyak pengamat menilai bahwa rakyat hanya dijadikan latar visual untuk memperkuat citra pemimpin yang haus legitimasi internasional.

Dalam pidatonya pada Jumat malam (10/10/2025), Kim Jong Un menegaskan bahwa pasukan Korut yang “tidak terkalahkan” akan terus memperkuat upaya partai demi masa depan yang cerah. “Semangat juang heroik yang telah ditunjukkan, dan kemenangan telah diraih oleh angkatan bersenjata revolusioner kami di medan perang asing demi keadilan internasional … menunjukkan kesempurnaan ideologis dan spiritual,” katanya, merujuk pada keterlibatan tentaranya di perang Ukraina.

Ironisnya, laporan Korea Selatan (Korsel) menyebut sedikitnya 600 tentara Korut tewas dan ribuan lainnya terluka di medan perang yang jauh dari tanah air mereka. Angka ini memperlihatkan bagaimana Kim menggunakan militernya bukan untuk melindungi rakyatnya sendiri, tetapi untuk melayani kepentingan politik global yang lebih besar.

Parade militer ini mungkin sukses mengguncang dunia lewat pameran rudal dan gemerlap seremonial, tetapi juga menegaskan bahwa Korea Utara terus hidup dalam kebanggaan semu negara yang memilih memamerkan kekuatan nuklir ketimbang memerangi kemiskinan rakyatnya. []

Admin03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com