Rafflesia Muncul di Pedalaman Landak, Alarm Konservasi Dinyalakan

LANDAK — Penemuan bunga Rafflesia yang mekar sempurna di pedalaman Desa Merayuh, Kecamatan Air Besar, Kabupaten Landak, menjadi penanda penting bahwa kawasan hutan di wilayah tersebut masih menyimpan kekayaan hayati bernilai tinggi. Di tengah tekanan alih fungsi lahan dan aktivitas manusia yang kian meluas, kemunculan flora langka ini justru muncul dari kawasan yang selama ini luput dari perhatian.

Bunga raksasa tersebut ditemukan di kawasan hutan yang jarang tersentuh aktivitas manusia saat Tim Smart Patroli Lembaga Desa Pengelola Hutan (LDPH) Bajava Lestari melakukan patroli rutin inventarisasi potensi alam. Patroli itu menyusuri jalur-jalur hutan yang sebelumnya belum pernah terdata secara resmi, membuka kembali fakta bahwa wilayah pedalaman Landak masih menyimpan kejutan ekologis.

Di antara rapatnya vegetasi dan pepohonan tinggi, Rafflesia tampak mencolok dengan kelopak tebal dan warna merah menyala. Kehadirannya seolah menegaskan posisi hutan sebagai benteng terakhir keanekaragaman hayati yang bertahan dari degradasi lingkungan.

Ketua Tim Patroli, Gilang, menjelaskan bahwa temuan tersebut terjadi di jalur eksplorasi baru yang selama ini belum pernah dijelajahi secara intensif. “Di jalur itulah kami menemukan Rafflesia mekar sempurna,” kata Gilang, Selasa (16/12/2025).

Meski belum dilakukan pengukuran ilmiah secara detail, tim patroli menduga bunga tersebut termasuk jenis Rafflesia tuan-mudae, yang diketahui memiliki sebaran alami di sekitar kawasan Cagar Alam Gunung Niut. “Berdasarkan pengamatan, ini kemungkinan Rafflesia tuan-mudae,” ujarnya.

Lebih dari sekadar penemuan biologis, kemunculan Rafflesia ini dipandang sebagai momentum strategis bagi masyarakat Desa Merayuh. Flora langka tersebut dinilai memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai destinasi ekowisata berbasis konservasi, dengan pengelolaan yang melibatkan warga secara langsung.

“Untuk sementara, lokasi penemuan akan dikelola bersama oleh masyarakat dan tim Smart Patroli sebagai destinasi wisata alam baru,” jelas Gilang.

Pengelolaan berbasis desa ini diharapkan tidak hanya menjaga kelestarian Rafflesia dari ancaman perusakan dan eksploitasi, tetapi juga menumbuhkan kesadaran kolektif tentang pentingnya hutan sebagai sumber kehidupan. Jika dikelola secara bijak, temuan ini dapat menjadi contoh bahwa perlindungan alam dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat berjalan beriringan, tanpa harus mengorbankan ekosistem yang telah terjaga selama puluhan tahun. []

Admin04

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com