RSF Hantam Istana Khartoum Lagi, Konflik Sudan Makin Brutal

KHARTOUM — Pasukan paramiliter Sudan, Rapid Support Forces (RSF), kembali mengguncang ibu kota negara tersebut dengan meluncurkan serangan artileri terhadap istana kepresidenan di pusat Khartoum, Kamis (1/2). Serangan itu dilepaskan dari markas pertahanan RSF di Al Salha, wilayah selatan Omdurman, kota kembar Khartoum yang berada di seberangnya.

Laporan media lokal KBC menyebutkan hingga kini belum terdapat konfirmasi korban luka maupun jiwa dalam serangan tersebut. Ini menjadi kali kedua dalam sepekan RSF menghantam ibu kota, setelah sebelumnya pada Sabtu (27/4) mereka menggempur Komando Umum Angkatan Udara Sudan dengan taktik serupa.

Serangan terbaru terjadi setelah militer Sudan berhasil memukul mundur RSF dari Khartoum pada Maret lalu. Kala itu, militer mengambil alih sejumlah lokasi vital termasuk istana, bandara, dan sektor strategis lain. Namun, hingga kini RSF masih bercokol di kantong-kantong pertahanan di wilayah selatan dan barat Omdurman.

Sejak konflik bersenjata pecah pada April 2023, Sudan dilanda kekacauan kemanusiaan yang memburuk. Negara ini praktis terbelah dua: militer mengendalikan wilayah pusat, utara, dan timur, sedangkan RSF menguasai hampir seluruh Darfur dan sebagian selatan. Upaya mediasi dari Amerika Serikat dan komunitas internasional belum membuahkan hasil nyata.

Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Volker Turk, dalam pernyataan terbaru menyebut situasi di Sudan sudah “tak terkendali”. Ia mengungkapkan lebih dari 540 warga sipil tewas di Darfur Utara dalam tiga pekan terakhir, terutama di sekitar el-Fasher. “Angka ini kemungkinan jauh lebih rendah dari kenyataan,” ujar Turk, seraya menyebutkan peringatan RSF mengenai “pertumpahan darah” menjelang serangan besar selanjutnya.

RSF disebut tengah berupaya menguasai kota strategis al-Nuhud di Kordofan Barat, pintu gerbang menuju Darfur. Kota ini dinilai penting bagi kedua pihak karena dapat menentukan arah dominasi militer di wilayah barat Sudan. Wartawan Al Jazeera, Hiba Morgan, melaporkan bahwa militer Sudan bertekad mematahkan pengepungan RSF terhadap el-Fasher dan merebut kembali kota-kota utama di Darfur.

Di tengah gempuran udara dan artileri yang terus berlangsung, lebih dari 12 juta warga Sudan telah terpaksa mengungsi, meninggalkan kamp-kamp seperti Zamzam dan Abu Shouk yang turut diserang dalam beberapa hari terakhir. Warga sipil, termasuk anak-anak dan lansia, terjebak di tengah pertempuran yang kian brutal tanpa jaminan perlindungan.

PBB menyebut konflik Sudan saat ini sebagai salah satu krisis kemanusiaan paling parah di dunia. Namun, jalan damai masih terlihat samar di tengah meningkatnya intensitas kekerasan dan kemandekan diplomasi internasional. Jika situasi terus berlarut, dikhawatirkan korban sipil akan semakin bertambah dan ketidakstabilan Sudan bakal merembet ke kawasan regional. []

Redaksi11

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com