Rudal Israel Hantam Titik Air Bersih, 6 Anak Palestina Tewas

GAZA – Tragedi kemanusiaan kembali menimpa Jalur Gaza ketika serangan rudal Israel menewaskan delapan warga sipil Palestina di kamp pengungsi Nuseirat pada Minggu (13/07/2025). Korban tewas mayoritas adalah anak-anak yang sedang mengambil air di tengah krisis pasokan air bersih yang semakin memburuk.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyatakan bahwa serangan tersebut merupakan hasil dari kegagalan sistem persenjataan yang menyebabkan rudal meleset dari target. “IDF menyesalkan kerugian warga sipil yang tidak terlibat,” tulis pernyataan militer Israel, seperti dikutip Reuters pada Senin (14/07/2025).

IDF kemudian menyebut rudal tersebut seharusnya diarahkan ke seorang militan Jihad Islam, namun jatuh puluhan meter dari sasaran. Kegagalan teknis ini mengakibatkan serangan menghantam titik distribusi air yang sedang dipadati warga sipil.

Menurut dr. Ahmed Abu Saifan dari RS Al-Awda, enam anak tewas dan 17 lainnya luka-luka dalam serangan yang menghantam titik distribusi air di tengah krisis air bersih yang makin parah di Gaza. Kondisi ini semakin memperparah situasi kemanusiaan di wilayah yang sudah berada dalam kondisi kritis.

Eskalasi kekerasan tidak berhenti di situ. Beberapa jam setelah insiden itu, 12 warga lainnya tewas dalam serangan di sebuah pasar di Kota Gaza, termasuk dokter senior Ahmad Qandil. Militer Israel belum memberikan pernyataan atas serangan tersebut.

Sementara itu, perundingan gencatan senjata 60 hari yang dimediasi Amerika Serikat (AS) dan berlangsung di Doha dilaporkan mengalami kebuntuan. Sumber diplomatik Palestina menyebut usulan Israel yang mempertahankan kontrol atas 40% wilayah Gaza, termasuk seluruh Rafah, ditolak mentah-mentah oleh Hamas.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, pembebasan semua sandera, penghancuran Hamas, dan jaminan keamanan jangka panjang tetap menjadi syarat mutlak bagi Israel. Sikap keras ini menunjukkan penyelesaian konflik masih memerlukan waktu panjang dan kompromi dari semua pihak.

Pemerintah Israel juga tengah membahas rencana kontroversial untuk memindahkan ratusan ribu warga Gaza ke Rafah, yang disebut Menteri Pertahanan Israel Israel Katz sebagai “kota kemanusiaan”. Namun, banyak pihak menilai rencana ini sebagai bentuk pemindahan paksa yang melanggar hukum internasional.

Proposal relokasi massal ini menuai kritik keras dari berbagai organisasi kemanusiaan internasional yang menganggapnya sebagai pelanggaran Konvensi Jenewa. Para pengamat hukum internasional menyatakan pemindahan paksa populasi sipil dalam situasi konflik merupakan kejahatan perang.

Kementerian Kesehatan Gaza saat ini mencatat lebih dari 58.000 korban jiwa sejak perang Israel-Hamas meletus pada Oktober 2023. Lebih dari separuh korban dilaporkan merupakan perempuan dan anak-anak.

Tragedi di Nuseirat dan Kota Gaza menjadi pengingat bahwa konflik bersenjata selalu membawa penderitaan terbesar bagi rakyat sipil yang tidak berdosa. Masyarakat internasional terus mendesak semua pihak untuk segera menghentikan serangan terhadap target sipil dan kembali ke meja perundingan.[]

Admin05

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com