KUTAI KARTANEGARA – Curah hujan yang sangat tinggi dalam beberapa pekan terakhir telah mengakibatkan puluhan hektare sawah di Bukit Biru tergenang air. Akibatnya, para petani terancam mengalami kerugian besar, terutama karena tanaman padi yang masih muda terendam cukup lama.
Kondisi ini semakin diperburuk oleh saluran irigasi yang tidak berfungsi secara optimal, sehingga air di sawah sulit surut.
Sarno, salah satu petani yang sawahnya terendam, mengungkapkan bahwa hujan yang terus mengguyur sejak 17 Januari belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Saat ini, air yang merendam sawahnya telah mencapai ketinggian satu meter.
“Dari tanggal 17 Januari sampai sekarang hujan terus-menerus turun. Ditambah lagi, proyek perbaikan irigasi yang sedang berlangsung membuat aliran air tidak lancar. Akibatnya, padi yang baru saya tanam sudah lima hari terendam,” ujar Sarno saat ditemui beritaborneo.com di Tenggarong, Rabu (22/01/2024).
Ia menjelaskan bahwa dampak ini tidak hanya dirasakan oleh dirinya, tetapi juga oleh petani lain di Bukit Biru.
Hampir seluruh petani Banyumas, Temanggung, Sumber Sari hingga Kediri, mengalami hal yang sama, dengan sawah yang terendam air dalam jumlah besar.
“Kalau terendam terus-terusan, tanaman padi muda yang sudah mulai tumbuh pun bisa mati. Kerugian kami bisa mencapai ratusan juta rupiah, apalagi jika harus menanam ulang,” tambahnya.
Sarno juga menyoroti proyek perbaikan irigasi yang dilakukan pemerintah daerah, yang menurutnya justru memperlambat proses surutnya air.
“Proyek ini sudah berjalan sejak empat bulan lalu. Sebelum ada proyek, air biasanya surut dalam dua hari. Sekarang butuh waktu lebih lama, bahkan ketika hujan berhenti,” jelas Sarno.
Ia berharap pemerintah segera mencari solusi untuk mempercepat penyelesaian proyek irigasi ini agar para petani bisa kembali menggarap sawah dengan normal.
“Kalau begini terus, hasil panen kami tahun ini bisa gagal total,” tutup Sarno.
Selain itu, Sarno juga meminta agar pemerintah memperhatikan kondisi ini dengan memberikan bantuan bibit padi bagi petani yang terdampak. []
Penulis: Jemi Irlanda Haikal | Penyunting: Nistia Endah Juniar Prawita
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan