SDN 005 Tarakan Dibobol Maling, Kerugian Capai Rp15 Juta

TARAKAN – Keheningan dini hari pada Senin (7/7) berubah menjadi mimpi buruk bagi civitas Sekolah Dasar Negeri (SDN) 005 Tarakan. Sebuah insiden pencurian menyebabkan kerugian mencapai Rp 15 juta dan mengganggu proses pelaksanaan Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) yang sedang berjalan.

Pelaku diduga masuk dari sisi samping sekolah yang berbatasan langsung dengan jalan umum di Jalan Pulau Banda, Kelurahan Kampung Satu. Tidak adanya penjaga malam di sekolah tersebut membuka celah bagi pelaku untuk membobol dua ruangan, yakni ruang koperasi dan ruang guru.

Muhammad Firman, bendahara sekolah yang juga menjadi saksi pertama hilangnya barang, mengetahui kejadian ini saat hendak menggunakan tablet miliknya untuk keperluan pendaftaran siswa baru. “Pas saya cari tab mau buat SPMB kan tidak ada. Iseng lah cek CCTV tadi subuh. Dia (pelaku) masuk dari depan, dari pintu,” ungkap Firman saat dikonfirmasi, Selasa (8/7).

Firman menuturkan, pelaku diperkirakan menggunakan sangkur untuk mencongkel pintu. Dari rekaman CCTV, pelaku tampak mengobrak-abrik ruang koperasi selama sekitar 20 menit, kemudian beralih ke ruang guru dan membongkar hampir semua laci meja.

“Di ruang guru juga dia obrak obrik hampir semua. Kalau dilihat di CCTV itu, hampir semua meja itu dia bongkar lacinya mungkin cari barang-barang berharga atau mungkin uang,” ujarnya.

Aksi tersebut berlangsung selama 2 jam 43 menit sebelum pelaku kabur sekitar pukul 04.10 Wita. Sayangnya, wajah pelaku tidak dapat dikenali karena menggunakan topeng. Namun, ciri-ciri fisik pelaku terekam dengan jelas: bertubuh tinggi, kurus, sedikit bungkuk, mengenakan kaus dan celana pendek.

“Dan kemarin itu dia membawa kayak sangkur gitu. Jadi kayaknya memang sudah persiapan. Mungkin kalau sampai (ketahuan, red) dia berani duel kali ya,” tambah Firman.

Meski mengalami kerugian signifikan, pihak sekolah hingga kini belum membuat laporan resmi ke pihak kepolisian. Firman menyebut, proses SPMB yang sedang berlangsung menjadi alasan utama penundaan pelaporan.

“Rencana (melapor ke polisi) ada. Karena kemarin sekolah-sekolah itu ada koordinasi (ke pihak berwenang) ada kenalannya, sudah ada komunikasi. Cuma yang secara resminya belum,” pungkasnya.

Kejadian ini menyoroti lemahnya sistem pengamanan di lingkungan pendidikan serta beban tambahan yang harus ditanggung tenaga kependidikan saat infrastruktur keamanan belum maksimal. Sementara siswa dan orang tua berharap proses penerimaan berjalan lancar, staf sekolah justru harus berjuang di tengah tekanan emosional dan administratif.[]

Admin05

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com