BERAU – SMP Negeri 1 Segah, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, tetap menjalankan kegiatan belajar mengajar meski delapan ruang kelasnya hangus terbakar pada Sabtu (11/10/2025). Para siswa kini harus menempati ruang kelas yang tersisa secara bergantian, dan beberapa kelas bahkan terpaksa belajar lesehan karena keterbatasan fasilitas.
Guru matematika SMPN 1 Segah, Muhammad Ilham Saputra, menjelaskan bahwa pihak sekolah berupaya memanfaatkan ruang kosong agar proses belajar tetap berjalan. Namun, kondisi ini membuat dua kelas harus berbagi satu ruangan. “Untuk sementara kami pakai ruang kelas yang kosong. Jadi dalam satu ruang ada dua kelas yang masuk dan mereka belajar secara lesehan,” ujar Ilham, Kamis (16/10/2025).
Meski menghadapi keterbatasan fasilitas, pemerintah daerah telah berkomitmen membangun kembali gedung yang terbakar. Informasi tersebut disampaikan langsung oleh Wakil Bupati Berau saat meninjau lokasi kebakaran beberapa hari lalu. “Tahun ini sudah masuk tahap perencanaan. Rencananya mulai dikerjakan awal tahun depan dan ditargetkan selesai sampai bulan Juni kalau tidak ada kendala. Nantinya bangunan dibuat bertingkat,” jelas Ilham.
Ilham menekankan pentingnya semangat belajar meski fasilitas terbatas. “Harapannya siswa dan guru tetap semangat menjalani proses pembelajaran pasca musibah ini. Ruang kelas memang terbatas, tapi semangat belajar harus tanpa batas,” tambahnya.
Warga setempat, Kus, menyoroti perlunya percepatan pembangunan kembali ruang kelas agar siswa dapat belajar lebih nyaman. “Harapannya dari dinas pendidikan atau pihak terkait segera koordinasi supaya ruang kelas yang terbakar cepat dibangun kembali. Sekarang sistemnya fullday, jadi pasti susah membagi kelas dengan murid sebanyak itu,” ujarnya.
Kebakaran terjadi di kawasan Jalan Poros Segah, Kampung Tepian Buah, pada Sabtu siang. Api diduga berasal dari rumah yang juga berfungsi sebagai pangkalan bahan bakar minyak (BBM) dan kemudian merembet ke bangunan sekitar, termasuk gedung SMPN 1 Segah.
Kondisi ini menjadi pengingat bagi pemerintah dan masyarakat terkait risiko keselamatan bangunan sekolah di sekitar kawasan pemukiman dan usaha. Selain pemulihan fisik, perhatian terhadap pengawasan lokasi rawan kebakaran, penataan pangkalan BBM, dan kesiapan sistem keamanan sekolah menjadi prioritas penting.
Sekolah yang tetap beroperasi di tengah keterbatasan ini menunjukkan keteguhan guru dan siswa. Meski ruang belajar terbatas, mereka berupaya mempertahankan proses pendidikan agar tidak terganggu, sambil menunggu gedung baru rampung dibangun. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan