SAMARINDA – Aksi para aktivis lingkungan di Kalimantan Timur (Kaltim) dalam memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia (HLHS) dilakukan dengan cara berbeda dan terbilang ekstrim. Bagaimana tidak, selama sekitar 2 jam, alur Sungai Mahakam, tepatnya di Jembatan Mahakam, Samarinda, diblokir para aktivisi.
Gerakan tersebut berlangsung Jumat (5/6) dari pukul 14.00 Wita hingga 16.00 Wita. Ada belasan aktivis yang terlibat dalam aksi tersebut. Mereka memblokir jalur angkutan batu bara di Sungai Mahakam, Samarinda.
Para aktivis Lingkungan Hidup yang tergabung dalam Pencinta Alam Kaltim bersama Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) memulai aksi dengan memanjat Jembatan Mahakam untuk membentangkan spanduk raksasa bertuliskan “Setop Penghancuran Lingkungan di Kaltim”.
Sementara, di sisi Sungai Mahakam, sejumlah aktivis lingkungan dengan menggunakan dua buah perahu karet terlihat menunggu ponton yang melintas di bawah Jembatan Mahakam.
“Jatam bersama teman-teman Pencinta Alam Kaltim memperingati Hari Lingkungan Hidup pada tanggal 5 Juni 2015 untuk mengingatkan pemerintah bahwa batu bara itu lebih daripada energi kotor, tetapi juga mematikan karena hingga saat ini sudah 10 nyawa anak-anak melayang akibat tambang batu bara,” ungkap Dinamisator Jatam Kaltim Merah Johansyah ditemui di sela aksi.
Rencana penghadangan yang dimulai Jumat sekitar pukul 14.00 Wita tersebut tidak membuahkan hasil karena hingga pukul 16.00 Wita tidak satu pun ponton pengangkut batu bara yang melintas di Sungai Mahakam. “Kemungkinan, rencana kami sudah bocor sebab biasanya pada jam-jam seperti ini banyak ponton yang melintas di Sungai Mahakam,” kata Merah Johansyah.
Setelah lebih dua jam membentangkan spanduk dan menyisir Sungai Mahakam untuk menghadang ponton pengangkut batu bara, para aktivis lingkungan hidup kemudian melanjutkan aksi dengan cara berorasi di jalur menuju Jembatan Mahakam.
Sambil membawa puluhan bendera berwarna hitam dan spanduk bertuliskan “Tambang Batu Bara Perengut Nyawa” para aktivis lingkungan hidup juga membagikan selebaran berisi imbauan kepada masyarakat untuk menyelamatkan lingkungan di Kaltim.
“Kerusakan lingkungan di Kaltim akibat pemerintah mengobral izin tambang di permukiman. Selain telah merengut 10 anak tidak berdosa, saat ini juga masih terdapat 79 lubang bekas tambang yang dibiarkan mengangan dan sewaktu-waktu bisa merengut korban baru,” katanya.
Tidak hanya itu, kata dia, aktivitas tambang batu bara juga mencemari sumber air tradisional masyarakat, termasuk Sungai Mahakam yang selama ini menjadi penopang kehidupan warga.
“Itulah alasan kami menggelar aksi di Sungai Mahakam untuk memberi peringatan agar sungai yang menjadi kebanggaan masyarakat di Kaltim tidak dijadikan sarana angkut hasil eksploitasi sumber daya alam,” kata Merah Johansyah. [] ANT