Sepekan Terendam Banjir, Tak Ada Bantuan

KUTAI BARAT – Sudah lebih dari sepekan banjir melanda sejumlah kampung di Kecamatan Damai, Kabupaten Kutai Barat (Kubar). Namun hingga Senin (21/04/2025), belum terlihat adanya bantuan maupun respons tanggap darurat dari pemerintah kabupaten maupun pihak perusahaan yang beroperasi di sekitar wilayah terdampak.

Camat Damai, Iman Setiadi, mengungkapkan keprihatinannya terhadap minimnya perhatian yang diberikan terhadap masyarakat yang sedang mengalami situasi darurat. Ia menilai bahwa lambannya respons menunjukkan lemahnya sistem mitigasi dan koordinasi penanganan bencana.

“Sudah satu minggu masyarakat di beberapa kampung di wilayah kami terdampak banjir. Rumah terendam, akses jalan terputus, dan aktivitas ekonomi lumpuh. Tapi sampai hari ini belum ada satu pun bantuan datang, baik dari pemerintah kabupaten maupun dari perusahaan sawit dan tambang yang beroperasi di sekitar wilayah kami,” ujar Iman.

Menurutnya, banjir terjadi akibat tingginya curah hujan yang menyebabkan luapan sungai. Kampung yang terdampak paling parah antara lain Muara Nayan, Geleo Asa, dan Sekolaq Oday. Hingga saat ini, belum terlihat adanya posko darurat atau pendistribusian bantuan logistik.

Iman juga menyinggung sikap perusahaan besar yang selama ini beroperasi di wilayah Kecamatan Damai. Ia menilai perusahaan seharusnya menunjukkan kepedulian sosial, tidak hanya saat kondisi normal, tetapi juga di masa-masa sulit seperti saat ini.

“Keberadaan perusahaan besar di wilayah kami seharusnya diikuti dengan rasa tanggung jawab terhadap masyarakat sekitar. Kami tidak anti investasi, tapi perusahaan harus hadir dan peduli saat masyarakat sedang mengalami kesulitan. Jangan hanya datang saat panen dan produksi,” tegasnya.

Lebih lanjut, Iman menilai banjir ini tak bisa hanya disimpulkan sebagai bencana alam semata. Ia menyebut perubahan fungsi lahan dalam skala besar seperti perambahan hutan, pembukaan lahan perkebunan, dan aktivitas pertambangan turut memperparah situasi.

“Ini bukan hanya karena hujan. Banyak wilayah yang dulunya hutan sekarang sudah jadi perkebunan dan tambang. Ketika daya serap air hilang, banjir menjadi tidak terhindarkan. Artinya, ada kontribusi dari aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan,” jelasnya.

Ia mendesak agar Pemkab Kutai Barat segera turun tangan. Penanganan segera seperti pembentukan tim tanggap darurat, pembukaan akses darurat, dan penyaluran bantuan logistik dinilai sangat dibutuhkan. Iman juga mengajak seluruh pihak, termasuk perusahaan, untuk tidak menutup mata terhadap penderitaan warga.

“Ini soal kemanusiaan. Saatnya kita semua bahu membahu,” pungkasnya. []

Redaksi03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com