HULU SUNGAI TENGAH – Petani di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan, tengah menghadapi tantangan besar terkait serangan hama “blas padi” yang dapat menurunkan hasil produksi padi mereka. Serangan hama ini menyebabkan butir padi tidak berkembang dengan baik, sehingga hasil panen menjadi tidak maksimal.
Di Desa Aluan Mati, Kecamatan Batu Benawa, Muhran (65), seorang petani yang juga pensiunan pegawai negeri sipil (PNS), menjelaskan bahwa serangan blas padi telah terjadi sejak tiga hingga empat tahun terakhir.
“Pada dua tahun terakhir, serangan lebih parah, terutama pada leher atau tangkai padi, sementara sebelumnya lebih banyak menyerang rumpun padi,” ungkap Muhran, Senin (03/03/2025).
Menurut Muhran, dampak dari serangan blas padi cukup signifikan terhadap produktivitas pertanian. Jika serangan berlangsung parah, penurunan hasil panen dapat terjadi secara drastis. Namun, pada musim ini, meski terjadi serangan, tingkat kerusakannya tidak terlalu tinggi.
“Serangan kali ini tidak terlalu parah, tapi tetap saja mengganggu hasil produksi,” tambahnya.
Sebagai upaya untuk mengatasi masalah ini, Muhran menyebutkan bahwa pemerintah melalui berbagai penelitian telah mengembangkan obat pembasmi atau pencegah hama blas, seperti Fillia. Meskipun demikian, harga obat ini cukup mahal, sekitar Rp1.000 per mililiter. Dengan ukuran 50 mililiter, petani hanya bisa menyemprotkan obat tersebut untuk sekitar 20 borongan, yang setara dengan kurang dari satu hektare (ha). Hal ini menjadi kendala besar, karena untuk satu hektare lahan, petani memerlukan lebih dari 30 borongan.
Hulu Sungai Tengah, yang dikenal dengan sebutan “Bumi Murakata,” merupakan sentra pertanian di kawasan hulu Sungai Barito atau “Banua Anam” di Kalimantan Selatan. Bahkan, pada 1980-an, daerah ini pernah menjadi tuan rumah Pekan Nasional (Penas) Tani. Meskipun begitu, para petani kini menghadapi tantangan yang cukup berat dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman yang mengancam ketahanan pangan di daerah tersebut.
Meskipun serangan hama terus menjadi tantangan, upaya untuk menjaga ketahanan pangan di HST Kalsel tetap berlanjut, dan petani berharap pemerintah bisa memberikan solusi yang lebih terjangkau untuk mengatasi hama yang semakin merugikan mereka. []
Redaksi03